Sulut Berinisiatif Gelar Pertemuan Internasional Rempah
Oleh
JEAN RIZAL LAYUCK
·2 menit baca
MANADO, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara berinisiatif menyelenggarakan pertemuan negara-negara penghasil rempah internasional. Sebagai daerah penghasil rempah, terutama pala, Sulawesi Utara memiliki sejarah panjang dalam perjalanan rempah nasional.
Kepala Dinas Perkebunan Sulawesi Utara Refly Ngantung, di Manado, Sulut, Rabu (30/8/2017), mengatakan, penyelenggaraan pertemuan rempah internasional itu direncanakan pada 2018. Pertemuan itu sekaligus merayakan produksi rempah Indonesia serta menggali dan mendokumentasikan pemanfaatan rempah Tanah Air. ”Hal penting dari pertemuan itu adalah mengangkat pariwisata Indonesia melalui wisata kuliner dari tanaman rempah. Cengkeh, pala, dan lada menjadi bumbu masak sebagian kuliner Minahasa,” kata Refly.
John Tasirin, pemerhati rempah di Manado, mengatakan, rempah yang dihasilkan dari perkebunan di Indonesia juga memiliki arti penting bagi dunia pengobatan dan kecantikan. Rempah adalah bagian dari dan pembentuk sejarah manusia sejak masa awal peradaban.
Menurut dia, sejarah perdagangan rempah dimulai di Timur Tengah pada tahun 2000 SM berupa lada dan kayu manis di Mesir dan kemudian tahun 1700 SM berupa cengkeh di Syria. Cengkeh dan pala telah menjadi komoditas mewah di Kerajaan Romawi sejak abad pertama Masehi.
Pada abad pertengahan, produk rempah komersial yang paling berharga di daratan Eropa adalah cengkeh, pala, lada, kayu manis, kunyit, dan jahe yang berasal dari Indonesia. Negara-negara yang menguasai perdagangan rempah pun menjadi kaya raya.
Para pemburu rempah yang terkenal adalah Vasco da Gama, Christopher Columbus, dan Alfonso de Albuquerque. Perdagangan rempah menjadi penggerak terbesar globalisasi pada abad pertengahan.
Dikatakan, belum ada konferensi internasional yang menyatukan isu-isu yang menyangkut legenda, sejarah, manfaat, dan industri rempah. Indonesia adalah produsen rempah dunia dan memiliki ribuan cara pemanfaatan rempah. Pemanfaatan rempah adalah aset yang perlu dirayakan dan bisa dijadikan objek penggerak ekonomi negara.
”Wajar jika kejayaan rempah Indonesia kita rayakan bersama masyarakat dunia, sekaligus meneguhkan posisi rempah Indonesia dalam percaturan perdagangan internasional,” katanya.
Dikatakan, tahun rempah perlu mengacu pada upaya mengukuhkan sejarah rempah, memperkenalkan keanekaragaman rempah, mengangkat kemajuan ilmiah dan inovasi teknologi baru dalam dunia rempah, serta memperkukuh jaringan perdagangan rempah.
Bagi Sulut, perayaan tahun rempah dapat mengangkat profil daerah asal rempah itu, yakni cengkeh yang berasal Minahasa dan pala di Sitaro.