Akibat Kekeringan, Delapan Kabupaten di NTT Minta Dukungan Pemerintah
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Delapan/kota kabupaten dari 22 kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur melaporkan darurat kekeringan sekaligus mengajukan bantuan pengadaan air bersih dari pemerintah. Kekeringan berdampak pada keterbatasan pangan lokal dan sanitasi buruk. Meski kekeringan itu selalu berulang setiap tahun, hanya tiga kabupaten yang mengalokasikan dana APBD untuk mengadakan air tangki.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Timur (NTT) Tadeus Tini, di Kupang, Senin (28/8/2017), mengatakan, pengajuan bantuan akibat kekeringan sejak Mei 2017 berasal dari Flores Timur. Kemudian ada pengajuan bantuan pula dari Sabu Raijua, Sumba Timur, Sumba Barat Daya, Malaka, Rote Ndao, Kota Kupang, dan Sikka. Jumlah desa (kelurahan) yang terancam kekeringan 185 desa dengan total penduduk sekitar 18.500 jiwa.
Tidak semua desa/kelurahan di kabupaten itu mengalami kekeringan. Satu kabupaten hanya 10-25 desa. Kabupaten lain sedang mengidentifikasi masalah kekeringan, antara lain Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Ende, dan Nagekeo.
”Persoalan dasar adalah kekeringan sumber-sumber mata air sungai dan sumur. Debit air irigasi juga menurun drastis. Delapan kabupaten ini mengajukan proposal bantuan berupa sumur bor, mobil tangki, dan kapal motor tangki ke pemerintah pusat. Total nilai bantuan sekitar Rp 7,5 miliar. Rote Ndao memiliki nilai proposal terbesar, yakni Rp 1,6 miliar dan terkecil yakni kabupaten Sikka senilai Rp 500 juta,” kata Tadeus.
Kekeringan berdampak pada keterbasan stok pangan lokal, rawan pangan, gizi buruk, dan sanitasi buruk yang berdampak pula pada ancaman diare. Daya hidup masyarakat semakin terpuruk jika kekeringan tidak segera ditangani meskibelum ada laporan terkait dampak dari kekeringan itu.
Kabupaten Flores Timur mengajukan bantuan paling awal dan telah mendapatkan jawaban dari pemerintah pusat berupa 1 mobil tangki untuk Flores Timur daratan, 1 lagi di Pulau Adonara, dan 3 sumur bor di Pulau Solor.
Mobil tangki melayani secara bergilir di tujuh desa yang benar-benar kekurangan air bersih. Satu sumur bor dibangun untuk 2-3 desa yang sedang kesulitan air bersih.
Adapun tiga kabupaten memiliki dana APBD untuk pengadaan air bersih dengan jumlah dana masing-masing di bawah Rp 1 miliar. Sumba Barat menyediakan 1.000 kali penyuplaian air mobil tangki, Kota Kupang 500 kali penyuplaian air tangki, dan Timor Tengah Selatan 1.500 kali penyuplaian tangki.
Mobil tangki yang disiapkan berkapasitas 6.000 liter air. Air satu mobil tangki dihargai Rp 100.000-Rp 300.000. Makin jauh desa itu dari sumber mata air, harga makin mahal.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sabu Raijua Pither Rohi mengatakan, Sabu Raijua saat ini masuk kategori darurat kekeringan. Sebagian besar sumber air mengalami kekeringan, termasuk air jebatan (embung) yang dibangun pemerintah. Warga masih bertahan dengan sisa-sisa air yang ada di 4 sumber mata air, 6 embung, dan 10 sumur galian milik warga. Namun, debit air yang ada hanya untuk satu bulan ke depan.
”Pemda menyediakan 335 kali angkutan air dengan mobil tangki untuk warga di 63 desa dan kelurahan. Masing-masing desa hanya mendapatkan 5-6 air tangki per tahun. Air ini kami beli dari warga pemilik sumur gali,” kata Rohi.
Tidak ada upaya lain dari pemerintah selain mengajukan bantuan dari pemerintah pusat melalui Pemprov NTT berupa pengadaan mobil tangki dan pengeboran sumur di sejumlah desa yang sedang mengalami kekeringan luar biasa. Pada puncak kemarau Oktober-November biasanya kondisi kekeringan sangat memprihatinkan.