MARABAHAN, KOMPAS — Warga terpaksa naik perahu untuk menyeberangi Sungai Alalak di Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, setelah Jembatan Mandastana ambruk pada Kamis (17/8) sekitar pukul 11.30 Wita. Ambruknya jembatan yang selesai dibangun pada Februari 2016 itu membuat akses warga terputus.
Berdasarkan pantauan, Jumat, ada empat perahu fiber berwarna oranye bertuliskan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) yang digunakan warga untuk menyeberangi sungai dengan lebar sekitar 70 meter itu. Penyeberangan dibuat dalam dua lajur tambang dari dermaga di Desa Puntik Luar menuju dermaga di Desa Tanipah. Setiap perahu dioperasikan dua orang.
Kebanyakan yang menggunakan perahu itu adalah anak sekolah. Anak-anak SD dari Desa Puntik Luar dan Bangkit Baru diseberangkan menuju sekolah mereka di Desa Tanipah. Sebaliknya, anak-anak SMP dan SMA dari Desa Tanipah, Sungai Ramania, dan Tatah Alayung menuju ke sekolah di Bangkit Baru dan Tabing Rimbah.
Junaidi (45), warga Desa Puntik Luar, yang ditemui di dermaga, mengatakan, empat perahu itu dikirim oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Barito Kuala, Kamis sore. ”Untuk membantu warga, terutama anak sekolah menyeberangi sungai, warga di sini secara bergantian menjalankan perahu-perahu ini,” ucapnya.
Menurut Junaidi, perahu-perahu itu hanya bisa digunakan untuk menyeberangkan orang. Karena itu, warga berharap ada feri supaya bisa digunakan untuk menyeberangkan sepeda motor selama jembatan diperbaiki. ”Kami berharap feri bisa secepatnya didatangkan ke sini,” ujarnya.
Camat Mandastana Suyud Sugiono yang ditemui pada Kamis sore mengatakan, tiga desa yang terputus aksesnya akibat Jembatan Mandastana runtuh adalah Tanipah, Sungai Ramania, dan Tatah Alayung. Di tiga desa tersebut ada sekitar 900 keluarga dengan jumlah penduduk lebih dari 2.000 jiwa.
”Kami sudah minta bantuan feri sederhana untuk menyeberangkan warga supaya mereka bisa mengakses layanan kesehatan, pendidikan, dan pasar,” katanya.
Segera diperbaiki
Jembatan Mandastana dibangun pada Juli 2015 dan selesai pada Februari 2016. Proyek jembatan tersebut dikerjakan oleh PT Citra Bakumpai Abadi. Dana pembangunannya bersumber dari dana alokasi khusus tambahan APBN Perubahan tahun anggaran 2015 sebesar Rp 17,44 miliar.
Wakil Ketua Komisi III DPRD Barito Kuala M Suryani yang datang meninjau Jembatan Mandastana, Jumat pagi, mengatakan, pihaknya meminta agar jembatan tersebut segera dibangun kembali karena infrastruktur itu sangat diperlukan masyarakat.
”Kami juga masih menunggu hasil investigasi terkait runtuhnya jembatan ini, apakah yang bertanggung jawab pihak kontraktor atau pemerintah daerah. Namun, siapa pun yang bertanggung jawab, jembatan ini harus segera diperbaiki,” ujar Suryani.