Gaya Majapahitan pada Perayaan Kemerdekaan di Mojokerto
Oleh
Dody Wisnu Pribadi
·2 menit baca
Kompas/dody wisnu pribadi
Komunitas seniman Dewan Kesenian Mojokerto mengerjakan pembuatan kendaraan hias dengan ragam hias gaya "majapahitan" menjelang digunakan untuk karnavalHUT Kemerdekaan RI yang akan berlangsung 26 Agustus 2017
MOJOKERTO, KOMPAS – Komunitas seniman di Kota dan Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, bersiap ikut serta perayaan karnaval tahunan memperingati HUT Kemerdekaan RI 2017 yang sebentar lagi tiba dengan membuat kendaraan karnaval. Komunitas seniman yang tergabung dalam Dewan Kesenian Kota Mojokerto (DKM) mengerjakan sejumlah kerangka yang bakal dipasang di kendaraan hari Jumat (11/8) di halaman kantor dan studio DKM.
Karnaval dalam kota selalu menarik perhatian masyarakat, karena kendaraan hias menampilkan kesenian rupa ukiran di atas lembaran styrofoam ditambahi juga dengan hiasan bunga-bunga dan para model penampil. Tema umum dari kendaraan-kendaraan hias di lingkungan budaya di Mojokerto, adalah tema yang disebut Majapahitan, bersumber dari detil budaya Majapahit. Umumnya diambil dari gambar figur candi di wilayah yang diduga bekas kerajaan Majapahit di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto sekarang.
Kompas
Komunitas seniman yang tergabung dalam Dewan Kesenian Kota Mojokerto (DKM) mengerjakan sejumlah kerangka yang bakal dipasang di kendaraan hari Jumat (11/8) di halaman kantor dan studio DKM. Hiasan karnaval menggunakan materi dasar styrofoa, menjadi produk seni rupa styrofoam. Sehari hari mereka adalah seniman perupa patung batu atau perunggu yang juga menggunakan bahan styrofoam
Novi (35), salah satu seniman perupa patung, meninggalkan pekerjaannya sebagai pembuat patung dengan menerima pekerjaan mengukir diatas lembaran styrofoam. Proses yang dibutuhkan untuk sebuah kendaraan bisa mencapai 10 hari, dan dikerjakan secara paralel bersama sesama seniman lain yang mendandani kendaraan karnaval yang mewakili isntansi-instansi Pemerintah Kota Mojokerto.
“Satu kendaraan bisa menghabiskan sekitar sepuluh bal lembaran styrofoam, yang masing-masing berisi 10 – 12 lembar,” kata Mintoyo (40), perupa seni akrilik dan logam yang memimpin pembuatan ornamen ukiran kendaraan karnaval.
Candi Brahu dan Candi Wringin Lawang yang tersusun dari batu-bata bakaran tanah liat, atau terakota senantiasa menjadi sumber rujukan. Sejarawan dan arkeolog Universitas Negeri Malang (UM) Dwi Cahyono, menjelaskan, terakota merupakan penanda peradaban Kerajaan Majapahit, yang membedakan era Majapahit dengan era sebelumnya yaitu Singasari, Mataram lama (Mpu Sindok) yang diduga juga berlokasi di Jawa Timur. Profil candi batu bata inilah yang kerap jadi sumber rujukan hiasan.