Dari Bandar Udara Hang Nadim hingga ke kawasan Nagoya, Kota Batam, Kepulauan Riau, setiap orang dapat menemukan sedikitnya lima gerai penjualan mobil mewah. Di ruang pamer terpajang mobil dengan harga termurah Rp 1 miliar.
Masih banyak gerai penjualan lain di Batam. Tidak hanya di gerai, mobil berharga miliaran rupiah per unit hilir mudik di jalan-jalan. Setiap bulan, ada mobil-mobil baru terlihat di jalan Batam. Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Batam mencatat, rata-rata 33 mobil mewah impor masuk kota itu setiap bulan selama 2017. Mobil-mobil itu dirakit di negara lain lalu diimpor utuh ke Batam.
Dalam dua pekan pertama Juni 2017, sudah 23 mobil impor utuh masuk Batam. Belum ada tanda-tanda impor sepanjang Juni akan berhenti. Beberapa bulan sebelumnya, Batam mendatangkan hingga 42 unit mobil mewah impor.
Dengan aneka fasilitas bebas pajak dan bea, harga setiap mobil tetap melebihi Rp 1 miliar. Sebelum pindah ke garasi pembelinya, mobil-mobil itu dipamerkan secara terbuka di gerai-gerai penjualan di Batam.
Selain mobil, Batam juga menjadi salah satu kota paling mudah untuk melihat sepeda motor berharga ratusan juta rupiah per unit. Sebagian gerai penjualnya sekaligus pula menjadi pedagang mobil impor utuh. Sebagian lagi khusus berdagang sepeda motor mahal itu. Dalam sepekan, berkali-kali rombongan sepeda motor itu melintas jalan-jalan Batam.
Tidak hanya mobil dan sepeda motor mewah, kendaraan lain tetap laris di Batam. Setidaknya hal itu ditunjukkan dengan peresmian gerai tambahan oleh salah satu agen tunggal pemegang merek (ATPM) mobil Jepang pada awal Juni 2017.
Tanda kemewahan lain di Batam dapat pula terlihat dari berbagai perumahan. Rumah berharga lebih dari Rp 4 miliar per unit bisa ditemukan semudah mencari tempe goreng. Meskipun mengeluh penjualan sepi, pengembang perumahan tidak menampik setiap bulan tetap ada rumah terjual.
Para pembeli kendaraan dan rumah mewah berasal dari berbagai kalangan. Pengusaha, direktur, dan manajer perusahaan hingga aparat negara menggunakan kendaraan atau tinggal di tempat mewah itu. Gampang menemukan pejabat eselon empat di Batam punya kendaraan berharga lebih dari Rp 500 juta per unit dan tinggal di rumah berharga lebih dari Rp 1 miliar.
Penjualan kendaraan dan rumah mewah seolah-olah hendak membalik catatan Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik terhadap perekonomian Batam. Pada triwulan pertama 2017, perekonomian Batam hanya tumbuh 2,02 persen. Kinerja terburuk sejak 2009, saat perekonomian Batam hanya tumbuh 0,9 persen.
BI juga mencatat tren penurunan kredit. Pada April 2017, kredit perbankan hanya tumbuh 4,06 persen dibandingkan dengan April 2016. Sementara kredit Maret 2017 tumbuh 6 persen dibanding Maret 2016.
Tidak hanya catatan BI dan BPS, aktivitas di kawasan-kawasan industri juga menunjukkan beratnya perekonomian. Wali Kota Batam HM Rudi membenarkan bahwa hampir 300.000 orang kehilangan pekerjaan, baik karena diberhentikan maupun tidak diperpanjang kontraknya.
Penyebab utama pemberhentian itu adalah perusahaan tidak lagi mendapatkan pesanan pekerjaan. Akibatnya, aktivitas perusahaan dikurangi dan pekerja dipangkas.
Dengan semua data itu, wajar banyak orang tidak mengerti atas apa yang terjadi di Batam. Statistik di BI dan BPS memang mencatat hal-hal yang tidak menggembirakan. Namun, faktanya mobil mewah dan rumah mewah tetap laku di kota perbatasan itu. (raz)