logo Kompas.id
NusantaraMelihat Desa melalui Cerita...
Iklan

Melihat Desa melalui Cerita Pendek

Oleh
· 2 menit baca

Apa yang terbayang saat kita bicara tentang desa? Mungkin primitif, tertinggal, bodoh, dan sebagainya. Tapi sudah saatnya pandangan negatif itu disingkirkan. Desa bisa menjadi tempat kembalinya kesadaran diri akan nilai-nilai kearifan manusia.Hal itu tersirat dalam buku kumpulan cerpen Si Jujur Mati di Desa Ini karya cerpenis asal Malang Iman Suwongso, yang diluncurkan sekaligus dibedah pada Jumat (9/6) di Oase Cafe and Library di Kota Malang, Jawa Timur. Pembedah adalah dosen sejarah politik Universitas Negeri Malang sekaligus Wakil Rektor Universitas Negeri Malang Haryono.Ada 15 cerpen dalam buku itu, mengisahkan liku-liku kehidupan warga desa dengan pergulatan batin dan pemikiran. Mulai dari hubungan kekerabatan seperti saat berlebaran bersama, spiritualitas, penghormatan pada pamong desa, dan nilai-nilai sosial budaya lainnya.Semua nilai itu disampaikan dalam bentuk cerita satir. Bagaimana mengenai orang jujur yang mati di desa (semacam satir untuk situasi Indonesia saat ini), bagaimana masyarakat harus mencari pengadil pada saat pengadil desa mati, bagaimana hubungan sebuah keluarga bagi masyarakat desa sangat penting, serta kritik-kritik lain yang disampaikan dengan halus."Sebuah karya sastra bukan hanya melukiskan kisah sejarah, namun harus mampu mengajak masyarakat membangun kesadaran diri dan optimisme masa depan," kata Haryono.Kesadaran diri itu atau lebih luasnya disebut literasi, menurut Haryono, harus terus digali. "Digali dengan cara ditulis lalu didiskusikan. Sebab literasi tidak cukup hanya dituliskan, tapi juga didiskusikan. Sudah saatnya mengangkat nilai kearifan masyarakat desa. Desa bukan hanya dikenal lekat dengan kebodohan, namun juga karena kearifan mereka," kata Haryono.Menurut Haryono, masyarakat sedang dikungkung budaya material. Semua hal dinilai dari segi materi. Itu diyakini akan memengaruhi budaya sosial dan budaya sosial berpengaruh pada pikiran masyarakatnya. "Dengan banyak mengangkat nilai-nilai kearifan masyarakat desa, harapannya desa tidak melulu menjadi obyek. Masyarakat desa sudah saatnya bangkit jadi subyek. Bukan bagaimana desa dipaksa berpenghasilan sebanyak mungkin, namun bagaimana warga desanya bisa berkembang dan menentukan arah kemajuannya sendiri," kata Iman Suwongso, si penulis cerpen.Selama ini desa jadi obyek. Misalnya, desa mendapat anggaran dari pemerintah. Namun, belum juga dana cair secara keseluruhan, mereka sudah ditagih memberikan laporan pertanggungjawaban. Melalui tulisan, Iman menggugat itu semua. Desa jangan hanya dilihat sebagai obyek, tetapi juga pelaku pembangunan. (Dahlia Irawati)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000