logo Kompas.id
NusantaraMasa Depan Tidak Pasti
Iklan

Masa Depan Tidak Pasti

Oleh
· 3 menit baca

BANDUNG, KOMPAS — Masa depan korban banjir di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, tidak pasti. Mereka ingin meninggalkan tempat tinggal yang selalu direndam banjir setiap musim hujan, tetapi tak punya biaya dan pengetahuan untuk menata hidup di tempat baru. "Tidak ada yang mau tinggal di daerah banjir, termasuk saya. Namun, pindah juga butuh biaya. Mau jual rumah tapi harganya murah, tidak cukup untuk beli rumah di tempat lain," kata Ujang Nurman (40), warga Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Jumat (10/3).Menurut Ujang, penawaran tertinggi untuk rumah seluas 126 meter persegi miliknya hanya Rp 30 juta. Calon pembeli enggan menawar lebih tinggi karena rumah Ujang berada di kawasan banjir. Saat musim hujan, rumahnya kerap terendam air dan lumpur hingga 2 meter."Sekarang sulit mencari rumah bebas banjir dengan harga Rp 30 juta di sekitar sini. Kalau ada, biasanya jauh. Padahal, alasan saya tinggal di sini karena dekat dengan tempat bekerja," kata sopir pengangkut ayam ini.Ujang mengatakan, dirinya sempat mendengar rencana relokasi dari pemerintah. Namun, ia masih ragu bisa hidup lebih baik apabila ikut program itu."Bila di lahan relokasi ada jaminan bisa bekerja seperti sekarang, saya mau. Namun, saya khawatir lokasinya jauh dan saya harus kehilangan pekerjaan. Sampai sekarang saya belum pernah mendapat pendampingan pemerintah agar bisa hidup di daerah baru," kata Ujang, yang lahir dan besar di desa itu.Eko Suarka (57), warga Desa Citeureup lainnya, mengatakan hal senada. Ia membutuhkan pendampingan pemerintah jika nantinya diminta pindah ke daerah baru. "Saat ada jaminan dari pemerintah, saya percaya diri tinggal di daerah baru. Kalau sekarang, saya belum siap bila sekadar diminta pindah. Ada keluarga yang harus saya biayai hidupnya. Saya akan kehilangan pekerjaan bila pindah meninggalkan daerah ini," kata buruh pabrik di Dayeuhkolot ini.Namun, harapan pendampingan itu sepertinya tak akan dinikmati warga saat ini. Pemerintah Kabupaten Bandung lebih memilih relokasi dengan opsi ganti rugi tanpa pendampingan.Asisten Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat Pemkab Bandung, Marlan, mengatakan, pembebasan lahan atau relokasi di kawasan rawan banjir menjadi opsi utama yang akan dilakukan untuk mengurangi dampak luapan Sungai Citarum. "Dilakukan bertahap karena biaya sangat besar. Total ada 6.000 rumah rawan terendam banjir di Kabupaten Bandung," katanya. Salah satu kawasan yang sedang dalam tahap ganti rugi, ujar Marlan, adalah Kampung Cieunteung, Kelurahan Baleendah. Direncanakan lahan yang akan dibebaskan seluas 5 hektar dan dihuni 210 rumah tangga. Pembebasan lahan itu terkait proyek pembangunan kolam retensi yang akan dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai Citarum."Harga tanah yang dibebaskan sekitar Rp 500.000 per meter persegi. Proyek kolam retensi di Ciuenteung akan menjadi percontohan sehingga tak menutup kemungkinan dilakukan pada kawasan yang terdampak banjir lainnya," ujar Marlan.Selain itu, pemkab juga akan menekankan perbaikan di kawasan hulu. Saat ini, sebagian lahan telah beralih fungsi. (sem)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000