AMBON, KOMPAS — Gubernur Maluku Said Assagaff tidak mau mengakui hasil kerja tim gabungan Universitas Pattimura Ambon dan inspektur tambang dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang melakukan investigasi di areal usaha pertambangan emas PT Gemala Borneo Utama di Kabupaten Maluku Barat Daya, pekan lalu. Dia meminta investigasi diulang dan dilakukan secara bersama-sama.
Hal tersebut disampaikan Said di Ambon, Maluku, Senin (27/2), seusai memimpin rapat membahas dua masalah pertambangan di Maluku, yakni Pulau Romang dan Pulau Buru. Rapat tertutup itu dihadiri Panglima Komando Daerah Militer Pattimura Mayor Jenderal TNI Doni Monardo dan Kepala Kepolisian Daerah Maluku Brigadir Jenderal (Pol) Ilham Salahudin.
“Saya belum percaya dengan sampel yang dikirim (ke Jakarta) hari ini. Saya minta turun ulang. Bikin kerangka acuan dan turun secara bersama-sama. Jangan turun sendiri-sendiri,” ujar Said.
Senin, sampel yang diambil pekan lalu dari Pulau Romang dibawa ke Laboratorium Geoservices Indonesia di Jakarta untuk diperiksa. Sampel diambil dekat titik pengeboran batuan yang menurut temuan tim Universitas Pattimura (Unpatti), Desember tahun lalu, mengandung merkuri.
Pekan lalu, Kompas mengikuti tim Unpatti dan inspektur tambang ESDM ke lokasi tambang di Pulau Romang. Kehadiran tim untuk mengambil lagi sampel di lokasi yang sama. Sebelum tim gabungan tiba, inspektur tambang dari Dinas ESDM Maluku tiba sejak beberapa hari sebelumnya.
“Itu saya tidak mau,” ujar Said menanggapi tim dari dinas yang datang lebih awal ke Romang. Dari informasi yang dihimpun Kompas, dalam rapat, Said memarahi Kepala Dinas ESDM Maluku Martha Nanlohy karena tidak mematuhi arahannya.
Martha mengirim tim yang mendahului tim Unpatti dan inspektur tambang Kementerian ESDM. Tim dari Unpatti baru dihubungi satu hari sebelum keberangkatan ke Romang pada 21 Februari lalu.
Said mengatakan, dalam waktu dekat tim gabungan akan kembali melakukan investigasi. Sampel yang diambil akan dikawal bersama dan diuji di laboratorium milik pemerintah. “Saya akan ambil langkah. Saya akan pertanggungjawabkan kepada Tuhan,” ujarnya.
Saat ini aktivitas perusahaan di Pulau Romang dihentikan sementara oleh Said. Keputusan itu diambil setelah Said menerima laporan dari Unpatti bahwa telah terjadi pencemaran lingkungan dan persoalan sosial di Romang.
Membantah
Seperti diberitakan sebelumnya, perusahaan membantah menggunakan merkuri. Menurut mereka, perusahaan belum melakukan eksploitasi. Sepanjang jalur yang dilewati tim gabungan, tidak ditemukan kegiatan produksi. Perusahaan masih melakukan eksplorasi sejak 2008. Temuan lain, masalah sosial tengah mendera warga pulau itu. Warga Romang kini terbelah dalam kelompok pro dan kontra menanggapi kehadiran tambang sehingga berujung konflik sosial (Kompas, 24/2).
Direktur Utama PT Gemala Borneo Utama John Levings mengatakan, luas area operasi perusahaan 38 hektar. Sejak akhir 2008, perusahaan sudah melakukan pemboran di 770 titik. Jumlah sampel yang dibawa keluar untuk diuji sebanyak 56.000 buah dengan berat rata-rata satu sampel 3 kilogram. Adapun rata-rata kandungan emas yang diperoleh adalah 1,5 gram per 1 ton material batuan. Selama eksplorasi, perusahaan sudah mengeluarkan dana sekitar 40 juta dollar AS.
Agustinus Kastanja dari Unpatti yang terlibat dalam investigasi menyatakan bersedia kembali ke Romang. Perjalanan dari Ambon menuju Romang ditempuh menggunakan pesawat udara selama 1 jam 15 menit ke Pulau Moa. Dari Moa diteruskan menggunakan kapal cepat ke Romang dengan waktu tempuh sekitar 5 jam.
Dari pesisir Romang, perjalanan ke lokasi pengambilan sampel dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh hampir 8 kilometer dengan kemiringan jalur hingga 45 derajat. Di Romang terdapat tiga desa, yakni Hila, Solat, dan Jerusu, dengan total jumlah penduduk sekitar 5.000 jiwa.