Ketika Kenjeran Bermetamorfosis
Apalagi jalan sempit, banyak penduduk menjemur ikan sampai di badan jalan sehingga ketika mobil berpapasan, salah satu harus berhenti. Begitulah perbincangan sepanjang perjalanan menuju Kenjeran.
Wajah Yayan berubah semringah begitu rombongan keluar dari ujung Jalan Ir Soekarno (MERR) dan berbelok ke Jalan Pantai Ria Kenjeran.
Semua kekhawatiran yang diperbincangkan dalam perjalanan tadi ternyata sama sekali tidak tampak. Jalan yang ada tak lagi sempit, tetapi sudah empat jalur. Kehadiran Jembatan Surabaya sepanjang 800 meter pun kian menambah pesona pinggir pantai yang dulu melekat sebagai kawasan ”merah”. Pohon bintoro sepanjang pantai lalu dipagar besi setinggi 2 meter membuat kawasan itu jadi bersih.
Rumah-rumah penduduk kini sudah dicat warna-warni. Kehadiran taman di depan Sentra Ikan Bulak, yang juga dilengkapi tempat makan sambil memandang ke laut, membuat Kenjeran benar-benar sudah bermetamorfosis.
”Nyaman sekali piknik ke sini. Sudahlah, acaranya dibuat di taman ini saja diawali senam bersama di Jembatan Surabaya,” begitu kesepakatan mereka di pengujung acara cek lokasi hari itu.
”Saya tidak tahu Kenjeran sudah serapi begini. Tamu-tamu hotel tak ajak ke sini pasti senang. Sudah seperti di Bali saja,” kata General Manager Hotel Santika Pandegiling Artana.
Kawasan pesisir pantai di kawasan Kelurahan Sukolilo Baru, Kecamatan Bulak, Surabaya, Jawa Timur, yang dulu
kumuh kini tinggal cerita. Sekarang, perlahan tetapi pasti, kawasan itu terus bertransformasi dan disulap menjadi kawasan yang asri.
Saat melangkahkan kaki masuk gang-gang di kawasan pesisir pantai itu, pengunjung akan dimanjakan dengan warna-warni pada dinding permukiman warga. Warna merah, biru, hijau, dan berbagai warna lain menghiasi daerah itu. Sebagian warga juga mengecat rumah mereka dengan berbagai tema, seperti sepak bola dan kartun.
Siti Rahmawati (33), warga di Jalan Sukolilo Lor Lebar, Kelurahan Sukolilo Baru, Kecamatan Bulak, Selasa (7/2), berseri-seri mengisahkan perubahan yang terjadi di tempat dia dibesarkan itu. Sebelum Pemerintah Kota Surabaya bergerak mempercantik kawasan ini pada 2016, sampah berserakan di mana-mana, permukiman juga jorok.
Kesadaran warga sekitar akan pentingnya kebersihan di kala itu masih rendah. Warga tidak ragu-ragu untuk membuang sampah ke laut. Akan tetapi, setelah Pemkot Surabaya mengajak warga setempat mengecat rumah masing-masing, kesadaran warga untuk merawat keasrian yang telah mereka ciptakan mulai tumbuh.
Pemkot Surabaya, kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, rutin mengingatkan warga untuk menjaga kebersihan. Tong sampah juga tersedia di depan rumah. Sepanjang jalan di pesisir pantai itu juga ditanami berbagai tumbuhan.
”Dulu, bau sampah sangat menyengat karena tertiup angin laut. Sekarang kawasan ini menjadi asri. Rasanya seperti berada di luar negeri,” kata Siti.
Nur Cahyanti Munasaroh (35), warga setempat, menuturkan, setelah kawasan itu dicat warna-warni, tempat itu ramai dikunjungi wisatawan pada hari Sabtu dan Minggu. Rumah Cahyanti dicat hijau yang dihiasi pola telapak tangan berwarna kuning. ”Banyak orang yang lewat meminta izin untuk swafoto di depan rumah saya,” ucapnya girang.
Kedatangan pengunjung meningkatkan pendapatan Cahyanti, yang membuka warung di depan rumahnya. Sebelum kawasan itu ditata, dia hanya memperoleh penghasilan sekitar Rp 30.000 pada Sabtu dan Minggu. Sekarang dia bisa mendapatkan Rp 100.000 pada hari yang sama.
Bahkan, setiap Sabtu pukul 20.00-21.00 dihidupkan air mancur warna-warni diiringi lagu-lagu khas Surabaya. Ini menjadi pemandangan menarik dan biasanya diminati banyak pengunjung dari atas Jembatan Surabaya.
Percantik kawasan
Pada 2016, Pemerintah Kota Surabaya mempercantik kawasan Kecamatan Bulak dengan mengajak partisipasi warga. Selain mengajak warga bergotong royong mengecat kawasan permukiman, Risma juga mengajak lebih dari 30 orang dari tujuh komunitas mural menghiasi dinding sepanjang 165 meter di Jalan Pantai Kenjeran pada Minggu, 11 Desember 2016.
Keberadaan mural di kawasan itu diharapkan mampu menarik wisatawan untuk berkunjung. Tak hanya itu, ajakan tersebut dilakukan untuk mewadahi seniman mural di Surabaya untuk mengekspresikan diri secara bertanggung jawab.
Ketika itu, Koordinator Lapangan Street Art Surabaya, komunitas mural, Ryan Rizki menjelaskan, mural di kawasan itu memiliki konsep yang menggambarkan kisah kehidupan nelayan di pesisir pantai itu.
Kawasan Kenjeran kini bermetamorfosis. Kenjeran kian memesona dan cocok menjadi tempat berlabuh, melepas
lelah, atau sekadar joging menyusuri Jembatan Surabaya. Boleh juga memandang laut lepas dengan embusan angin laut sambil menyantap ikan bakar dari balkon Sentra Ikan Bulak berkilau.
Kenjeran benar-benar berubah. Mari mampir ke Pantai Kenjeran Surabaya.