logo Kompas.id
NusantaraSumba Barat Daya Genjot Kopi
Iklan

Sumba Barat Daya Genjot Kopi

Oleh
· 3 menit baca

TAMBOLAKA, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, berniat menggenjot produksi kopi robusta khas Sumba. Kerja sama kini dijalin dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia supaya produksi kopi meningkat, selain menghasilkan produk kopi Sumba yang lebih bermutu. Wakil Bupati Sumba Barat Daya (SBD) Ndara Tanggu Kaha, yang dihubungi per telepon di Tambolaka dari Kupang, Kamis (16/2), mengatakan, jenis kopi yang dibudidayakan masyarakat adalah kopi robusta. Kopi organik ini berkembang di Sumba pada tahun 1963 setelah diperkenalkan oleh misionaris dari Flores. "Kopi robusta tersebar di lima kecamatan, yakni Wejewa Barat, Wejewa Timur, Wejewa Tengah, Wejewa Utara, dan Wejewa Selatan. Kopi itu ditanam di daerah yang berada di ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Tetapi, kopi yang dikembangkan masih sebatas untuk konsumsi masyarakat dan dijual terbatas di SBD, Sumba Timur, Sumba Barat, dan Sumba Tengah," katanya. Luas lahan kopi di SBD mencapai 11.500 hektar. Namun, produktivitas petani kopi baru mencapai 3 ton per hektar, padahal idealnya mencapai 4-5 ton per hektar per tahun.Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) diundang untuk memberikan penyuluhan kepada petani kopi tentang tata cara merawat kopi, memetik buah kopi, memproses, menjemur, dan menjadikan kopi beras yang berkualitas. Penyuluhan dari LIP juga diharapkan meningkatkan cita rasa kopi Sumba yang semakin digemari penikmat kopi.Rasa durian Cita rasa kopi Sumba memang khas. Rasanya lebih gurih, bahkan terasa seperti durian. Cita rasa tersebut diduga berasal dari lokasi perkebunan kopi yang tumbuh dan berkembang di daerah bebatuan, dan di antara celah pohon durian, sebagai tanaman pelindung utama.Pemkab SBD membentuk tiga kelompok kopi besar yang membawahi 22 kelompok petani kecil. Kelompok petani kopi ini didorong untuk memiliki unit usaha kopi tersendiri seperti di daerah lain. "DPRD mendorong pemda agar produksi kopi terus diperhatikan. Kopi harus menjadi komoditas unggulan SBD selain kakao, mete, durian, dan rambutan," kata anggota DPRD SBD, David Ramone Ramone. Dari Nusa Tenggara Barat dilaporkan, ekspor hasil pertanian, perkebunan, dan kelautan terhambat logistik. "Produk-produk dari NTB tidak dapat diekspor langsung ke negara tujuan, tetapi harus lewat Bali dan Surabaya," kata Kepala Seksi Ekspor Dinas Perdagangan NTB Rahmat Wiraputra di Mataram. Rahmat berharap ada lebih banyak penerbangan langsung dari Lombok sehingga ekspor dapat naik. Dengan demikian, NTB juga tidak hanya berkembang dari sisi pariwisata. (KOR/RUL)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000