Janji Manis Nanas Rawa
HAMPARAN rawa pasang surut di Kecamatan Mekarsari, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, tidak hanya cocok untuk tanaman padi, tetapi juga nanas. Tanaman nanas varietas tamban atau nanas tamban tumbuh subur di bedeng-bedeng di tengah sawah yang ditumbuhi padi. Nanas tamban tidak hanya menjanjikan rasa manis, tetapi juga menjanjikan hidup manis bagi petani yang membudidayakan.
Beberapa pekan lalu, para petani berkumpul di rumah Marjuni (48), Ketua Kelompok Tani Maju Dadi di Desa Mekarsari, Kecamatan Mekarsari. Desa ini terletak sekitar 70 kilometer dari Marabahan, ibu kota Barito Kuala. Dari Banjarmasin, ibu kota Kalsel, jaraknya sekitar 40 kilometer.
Begitu rombongan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura dari kabupaten dan provinsi tiba sekitar pukul 11.00 Wita, para tamu masuk dan memenuhi rumah kediaman Marjuni. Para tamu mendapat suguhan hidangan serba nanas. Ada nanas segar yang sudah dikupas dan dipotong-potong, ada nanas goreng yang dibuat seperti pisang goreng, serta ada sirup nanas yang dicampur es batu.
Sambil menikmati suguhan segar di siang yang terik itu, Kepala Balai Penyuluhan Kecamatan Mekarsari, Munawar Khalil, menyapa para tamu yang hadir dengan ucapan selamat datang. ”Siang ini, kita berkumpul dalam rangka syukuran atas keberhasilan panen nanas dari program bantuan pemerintah daerah pada 2015,” katanya.
Dengan APBD Kalsel 2015, para petani di Mekarsari dibantu untuk mengembangkan nanas tamban di lahan rawa pasang surut seluas lima hektar. Mereka mendapat bantuan benih, pupuk, dan obat-obatan. Ini merupakan bantuan kedua yang diberikan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalsel kepada petani setempat. ”Tidak seperti bantuan sebelumnya yang kurang begitu berhasil, bantuan kali ini dibuktikan petani dengan keberhasilan. Hasilnya sungguh luar biasa," ujar Khalil.
Nanas tamban yang dibudidayakan petani di Mekarsari menghasilkan buah berukuran jumbo dengan bobot 1-3 kilogram per buah. Bahkan, ada yang bobotnya hampir 4 kilogram per buah. Padahal, bobot nanas lokal umumnya tidak lebih dari satu kilogram per buah.
Menurut Khalil, lahan rawa pasang surut di Mekarsari memang cocok untuk tanaman nanas. Masyarakat setempat sudah menanam nanas sejak tahun 1970-an. Namun, budidaya nanas yang menerapkan teknologi pertanian dengan bantuan pemerintah, baru berjalan dalam beberapa tahun terakhir.
Luas tanam nanas di Mekarsari mencapai 360-370 hektar dan tersebar di empat wilayah desa yaitu Mekar Sari, Jelapat II, Tinggiran Darat, dan Tinggiran Baru. Jumlah kelompok tani nanas sekitar 30 kelompok dari 103 kelompok tani di Mekarsari. Satu kelompok beranggotakan 25 orang, dan satu orang rata-rata memiliki kebun nanas seluas satu hektar.
Melebihi padi
Khalil mengatakan, petani di Mekarsari umumnya menanam nanas di antara tanaman padi. Karena itu, petani bisa menghasilkan padi dan nanas dari satu bidang lahan. ”Berdasarkan analisa perbandingan hasil usaha, penghasilan yang diperoleh petani dari nanas jauh melebihi penghasilan dari padi,” tuturnya.
Marjuni yang sudah hampir delapan tahun menanam nanas di antara tanaman padi, mengemukakan, hasil budidaya nanas minimal 2-3 kali lipat dari hasil padi. Namun, modal untuk mengusahakannya juga cukup besar. Untuk kebun nanas seluas satu hektar, biaya yang harus dikeluarkan petani mencapai Rp 23 juta. Itu biaya keseluruhan, mulai dari penyiapan lahan, penyediaan benih, penanaman, perawatan, hingga panen. ”Tanaman nanas mulai berbuah pada umur 7-8 bulan. Buah bisa dipanen 4-5 bulan kemudian,” ujarnya.
Meskipun modalnya cukup besar, kata Marjuni, petani sudah bisa langsung balik modal pada panen pertama. Di lahan seluas satu hektar, misalnya, petani bisa menanam 20.000 rumpun nanas. Dari rumpun sebanyak itu, bisa dihasilkan 20.000 buah nanas. Dengan penyusutan sekitar 20 persen dan harga jual Rp 4.000-Rp 5.000 per buah, maka petani bisa meraup Rp 64 juta sampai dengan Rp 80 juta pada panen pertama.
Menurut petani yang memiliki kebun nanas seluas dua hektar itu, satu rumpun bisa dipanen beberapa kali. Namun untuk hasil yang bagus, cukup dua kali panen saja. Pada panen kedua, hasilnya bisa dua kali lipat dari panen pertama, karena ada anakan di setiap rumpun. ”Setelah dua kali panen dan tanaman nanas berumur dua tahun, tanaman nanas harus diremajakan,” tutur Marjuni.
Secara kasat mata, nanas tamban yang memiliki ukuran buah cukup besar memang terlihat istimewa dibandingkan nanas lainnya. Nanas ini juga gampang dikupas karena mata buahnya dangkal.
Kandungan airnya yang cukup tinggi memberikan rasa nikmat dan segar. Apalagi, rasanya manis dengan sedikit asam.
Sejauh ini, kata Nurdin (53), petani lainnya, tidak ada kesulitan bagi petani untuk memasarkan nanas tamban. Saat panen, pengumpul akan datang ke kebun untuk membeli nanas. Mereka datang silih berganti karena petani dalam satu kelompok hampir tidak pernah panen serentak. ”Pola panen sudah kami atur supaya harga nanas tidak anjlok karena produksi yang berlebihan,” kata Nurdin.
Kepala Seksi Pengembangan Tanaman Buah Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel, Rempil Sabtanano, mengemukakan, petani nanas tamban di Mekarsari sudah diberitahu cara mengatur pola panen guna menstabilkan harga jual nanas. ”Jadi, tidak ada istilah panen raya untuk nanas tamban karena panen bisa dilakukan sepanjang tahun,” ujar Rempil.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalsel, Muhammad Arifin, mengatakan, nanas tamban merupakan produk pertanian unggulan Kalsel. Sejauh ini, nanas tamban hanya bisa tumbuh dengan baik di lahan rawa pasang surut, wilayah Mekarsari. ”Kami pernah mencoba menanam nanas tamban di beberapa lokasi lain, tetapi hasilnya tidak begitu bagus,” kata Arifin.
Karena nanas tamban hanya cocok dikembangkan di Mekarsari, lanjut Arifin, pihaknya berencana menjadikan Mekarsari sebagai sentra nanas di Kalsel. Pengembangan nanas tamban di Mekarsari akan dilakukan secara bertahap. Nanas tamban yang saat ini sudah berkembang baik di empat desa diharapkan bisa menyebar ke lima desa lainnya di Mekarsari.
”Kami juga mengharapkan stakeholder lainnya bisa masuk untuk membantu pengembangan nanas tamban di Mekarsari. Dengan begitu, nanas tamban di Mekarsari bisa ditangani dari hulu sampai hilir, mulai dari budidaya sampai pascapanen dan pengolahan hasilnya,” ucap Arifin.