Bank Rakyat Indonesia semakin yakin dengan kekuatannya. Direktur Utama PT BRI Tbk Sunarso dalam halalbihalal sedikit membuka kartunya dan yakin dapat meraup laba besar di akhir tahun.
Oleh
SUTTA DHARMASAPUTRA
·2 menit baca
Performa Bank Rakyat Indonesia yang melesat 78,13 persen di kuartal I-2022 dan membukukan keuntungan Rp 12,22 triliun menjadi perhatian banyak orang. Kesuksesan itu tentunya tidak bisa dilepaskan dari tangan dingin Sunarso, sang direktur utama.
Dalam acara Halalbihalal Pemimpin Redaksi, Jumat (13/5/2022), Sunarso pun berbagi cerita. Menurut dia, kesuksesan itu tidak terlepas dari transformasi yang dilakukan BRI . Fokus transformasi BRI adalah pada digitalisasi dan kultur. Digitalisasi dalam proses bisnis membuat menjadi lebih efisien. Digitalisasi model bisnis adalah membuat bisnis model baru dengan mengkreasikan value baru dengan cara baru.
Transformasi kultur adalah dengan membangun budaya berbasis kinerja, performance driven culture. Setiap individu di organisasi harus siap merancang dan merencanakan suksesnya sendiri. Menurut Sunarso, yang penggemar sepak bola itu, tugas perusahaan hanya menyiapkan lapangan untuk berkompetisi sehat, menyiapkan aturan, scoreboard, dan setelah semua dapat mengeluarkan performa terbaiknya, memberikan piagam dan piala, lalu diorkestrasi menjadi kekuatan perusahaan.
Transformasi juga bisa berjalan sukses ditentukan empat hal, yaitu adanya tujuan yang jelas, ada pemimpin yang menggerakkan, ide-ide transformasi dijalankan oleh semua anggota tim, serta proses transformasi berjalan melalui mekanisme sistem.
”Membangun sistem adalah kata kunci. Organisasi harus relly on system bukan relly on sinten (mengandalkan siapa),” kata Sunarso yang berkampung halaman dan baru saja mudik ke Tretes, Jawa Timur, ini.
Ke depan, BRI pun akan kembali ke khitahnya, yaitu fokus pada sektor usaha kecil, menengah (UKM), bahkan lebih kecil dan dalam lagi ke mikro dan ultramikro. Digitalisasi proses bisnis pun akan terus dilakukan agar lebih efisien.
BRI pun tidak akan ikut-ikutan ke sektor yang bukan keunggulannya karena tidak akan menghasilkan melainkan malah menjadi residu. ”Kita akan tetep jualan pecel, bukan piza,” katanya. BRI tidak akan ikut-ikutan membeli terigu, membeli keju, membeli mentega, dan akhirnya menghidangkan piza rasa pecel.
Sunarso pun optimistis dengan jualan ”pecel” performa BRI bisa dipertahankan hingga akhir tahun meskipun saat ini kondisi ekonomi global tidak mudah. Keyakinan itu muncul karena kinerja BRI pun terbukti tahan terhadap krisis.
”Ditargetkan laba BRI Rp 40 T, ya kalau meleset pun Rp 45 T,” ujarnya disambut tepuk tangan. Semoga pecelnya laris manis Pak Narso