Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki merasakan menjadi penjaja starling di Jakarta.
Oleh
SUHARTONO
·2 menit baca
Bagaimana rasanya menjadi pedagang kopi susu keliling di jalan-jalan ibu kota Jakarta, yang kerap dikenal dengan ”Starbucks keliling” atau ”starling”? ”Wah, ternyata bener-bener susah dan menderita, ya,” kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki saat berbincang dengan Kompas, Jumat (11/3/2022).
Pria kelahiran Garut, Jawa Barat, 6 Mei 1963, pun bercerita. Suatu saat ketika jalan-jalan pagi, ia ingin mencoba menjadi pedagang starling. ”Jadi, waktu libur Nyepi, Kamis pekan lalu, selesai jalan kaki di depan Masjid Istiqlal, saya ingin coba menjadi pedagang starling. Setelah ngobrol-ngobrol panjang mencari tahu asal-usul mereka, juga bagaimana hidup mereka sehari-hari, usaha dagangannya, beli bahan-bahannya, dan keuntungannya yang diperoleh, saya kemudian mencoba naik sepedanya dan keliling. Omzetnya Rp 300.000-Rp 400.000 setiap hari, tetapi keuntungannya sehari cuma sekitar Rp 100.000,” tutur mantan Koordinator ICW itu memelas.
Ternyata, tidak mudah mengendarai sepeda tua dengan barang dagangan kopi susu, teh, mi instan gelas, dan lainnya, yang diletakkan di sebelah kiri dan kanan sepeda. Belum lagi ada termos, kue-kue lainnya yang dijajakan dalam plastik, berikut gelas-gelas plastiknya yang dikemas sedemikian rupa di atas sepeda. ”Susah mengimbangi sepeda karena banyak yang gerendelin di kiri-kanan sepeda. Kalau tidak bisa menjaga keseimbangan di tengah lalu lintas Jakarta, wah, bisa ambruk dan jatuh,” ujar Teten, yang juga pernah menjadi Kepala Staf Kepresidenan itu, lagi.
Apalagi, ketika si pedagang bercerita keuntungannya sehari-hari dari keliling seharian di tengah kepadatan dan debu jalanan. ”Duh, sedihnya hidup mereka,” kata Teten yang pernah bercita-cita membuka warung kopi dan memelihara kambing setelah pensiun. Karena itu, untuk membantu para pedagang starling itu, ia merencanakan membentuk koperasi pedagang keliling seperti starling dan sejenisnya.
”Mereka sektor informal yang tidak bisa naik kelas karena tidak ada keterampilannya. Sekarang bagaimana para pedagang itu perlu modal dan belanja barang secara murah. Salah satunya, ya, dibentuk koperasi pedagang starling. dengan begitu, mereka bisa belanja secara murah dan tidak beli ke grosir tetapi ke koperasinya. Di sana juga ada simpan pinjam sebagai akses modal. Tetapi, ini memang harus didalami lagi seperti apa,” kata Teten. Yuk, Kang, direalisasikan segera.