Ignatius Kardinal Suharyo, Transformasi Pribadi

Bagi Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Kardinal Suharyo, momen pergantian tahun menjadi kesempatan untuknya merefleksikan diri, menyusun rencana untuk setahun ke depan, serta mengupayakan transformasi pribadi.

KOMPAS/MELATI MEWANGI

Ketua Konferensi Waligereja Indonesia Mgr Ignatius Kardinal Suharyo Pr ditemui di Jakarta, Kamis (23/12/2021).

Bagi sejumlah orang, momen jelang Tahun Baru selalu dinanti karena menghadirkan antusiasme dan sukacita tersendiri. Namun, bukan berfokus pada perayaan, Uskup Agung Jakarta Monsinyur Ignatius Kardinal Suharyo Pr menjadikannya sebagai kesempatan untuk merefleksikan diri dan menyusun rencana untuk setahun ke depan. Tentunya dengan diiringi doa dan harapan baik yang dirangkai sepenuh hati.

Perayaan Natal dan pergantian tahun menjadi momen yang serangkai. Biasanya, banyak pesta atau acara perjamuan makan diadakan di tingkat keluarga hingga lingkup yang lebih besar. Namun, bagi Suharyo, di tengah tugasnya melayani umat pemeluk agama Katolik, makan makanan enak bukan hal utama dalam perayaan akhir tahun.

Dalam perayaan Natal, yang jauh lebih penting adalah bisa hadir secara utuh dan merasakan kehadiran itu sebagai pengalaman rohani atau bantin. Apalagi, di tengah pandemi, pesta-pesta yang terkesan lahiriah itu berkurang.

Menurut dia, ini saatnya untuk menyelami dan mengenali diri sendiri lebih dalam. Hal tersebut sekaligus menjadi refleksi diri menyambut tahun depan. Jika ditekuni dengan sungguh, harapannya akan terjadi transformasi pribadi.

”Semakin batiniah pengalaman itu, semakin jelas indikatornya bahwa seseorang itu berubah,” ucapnya saat ditemui di Wisma Uskup Katedral Keuskupan Agung Jakarta, Kamis (23/12/2021).

Prosesnya tentu tidak mudah, bahkan menguji iman seseorang dan pengorbanannya. Namun, harapannya, dengan bertekun pada perkara-perkara kecil dan menghadapinya dengan ikhlas bisa menjadikan seseorang kian bertumbuh. Perubahan baik yang terjadi pada diri sendiri pun mampu dirasakan pula oleh orang sekitar, terutama keluarga.

”Perilaku yang sejalan dengan iman akan mendorong terjadi transformasi pribadi sehingga pekerjaan dan tanggung jawab akan berpihak pada kebaikan bersama,” katanya.