Bagi Mathias Muchus, menggarap film saat pandemi justru merupakan pengalaman paling berkesan. Di lokasi yang sama selama tiga pekan, ia dan para pemain lain lebih fokus berakting. Aktor itu menjembatani generasi berbeda.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·2 menit baca
Dulu, memerankan anak bungsu tetapi kini melakonkan orangtua dalam keluarga yang sama. Demikian sirkular akting Mathias Muchus lewat Losmen Bu Broto. Film itu berasal-usulkan serial televisi Losmen. Ia pemain orisinal satu-satunya dari tontonan yang ditayangkan lebih dari tiga dekade tersebut.
”Saya jadi Tarjo sesuai umur. Sekian puluh tahun setelahnya, beranjak tua. Mau enggak mau jadi Pak Broto,” katanya sambil terkekeh.
Ia pun mengenang Tarjo yang diperankannya dulu sebagai anak pemberontak, mengenyel, dan melawan tetapi paling diperhatikan keluarganya itu. ”Tipikal anak muda yang pengin tahu. Tarjo itu membuka mata anak muda pada masanya. Kalau mau berkembang, ya, harus lebih berani,” ujarnya.
Tokoh-tokoh Losmen Bu Broto merupakan interpretasi baru terhadap versi layar kacanya sehingga sesuai dengan keseharian saat ini. ”Enggak masalah peranan apa saja. Waktu serialnya dibuat, kami seperti membangun keluarga betulan,” ujarnya saat ”Nonton Bareng Losmen Bu Broto” di Jakarta, Jumat (19/11/2021).
Para pemain Losmen sungguh-sungguh dekat seperti kerabat. Tingkah laku Pak Broto pun masih lekat dalam ingatan Muchus. ”Enggak sulit dan perlu waktu khusus mendalami karakter Pak Broto. Mengalir saja. Sudah seperti orangtua sendiri,” kata Muchus.
Ia diminta ikut menggarap film itu untuk menjembatani dua generasi berbeda dalam serial dan layar lebarnya. ”Bikin film saat pandemi justru pengalaman paling berkesan. Di lokasi yang sama selama tiga minggu, saya dan pemain-pemain lain jadi lebih fokus,” ujarnya. Saat ditawari main dalam Losmen Bu Broto pada awal tahun 2020, ia langsung menyanggupinya.