Abadi Soesman tak bisa memastikan jadwal penampilannya secara luring. Pemain kibor God Bless tersebut menganggap kendalanya saat ini abstrak. Lantas, apa yang ia dan God Bless lakukan?
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·2 menit baca
Soal konsep bermusik, Abadi Soesman (72) sudah punya setumpuk. Tapi, pandemi membuat pemain kibor God Bless itu tak leluasa beraksi langsung di hadapan pengemarnya. Alih-alih berpangku tangan, Abadi bersama personel God Bless lainnya memanfaatkan waktu untuk membahas musikalitas bandnya ke depan.
”Situasi sekarang istilahnya membunuh. Sangat mengacaukan. Kami sulit bergerak,” katanya, di Jakarta, Jumat (5/11/2021). Kiprah God Bless hampir separuh abad mendorong pula Abadi memaknai rock lebih dalam. Musik itu tak sekadar instrumentasi dan teknik bermainnya, tetapi juga ekspresi.
”Dulu, rock didengar dari intonasi, bunyi, dan nada. Sekarang, ditingkatkan bukan sekadar ingar bingar alatnya, tapi juga suara dari hati,” ucapnya. Abadi dan rekan-rekannya sesekali bertemu untuk bertukar pikiran sambil makan bersama. Setidaknya, mereka saling menelepon.
Ia, misalnya, sering dikontak gitaris God Bless, Ian Antono, untuk mengobrol tentang aransemen, teknis, dan tren musik. ”Paling jelas, God Bless pengin punya rencana menjelang ulang tahun ke-50. Orat-oret nanti mau ngapain dan harus dijawab sesegera mungkin,” kata Abadi.
Band yang berdiri sejak 1973 itu terus mengamati selera penggila musik sembari menentukan format musik yang tepat. ”Kalau rencana banyak, tapi mau menampilkan apa. Akustik atau progresif. Semua ada, tapi kami lihat iklim dan antusiasme pendengar,” katanya.
Meski pandemi sudah melandai, ia belum bisa memastikan bandnya bakal tampil secara luring. Abadi menganggap kendalanya saat ini abstrak. ”Kalau memungkinkan sewaktu-waktu, siap saja. Kami berani, tapi masalahnya kayak siluman. Mau ngelawan enggak kelihatan,” katanya sambil tertawa.