Grup produser Laleilmanino keliling ke beberapa kota untuk mencari inspirasi musik.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·2 menit baca
Mencari inspirasi musik dari belahan dunia sudah gampang berkat kecanggihan teknologi. Namun, grup produser, Laleilmanino, merasa sudah saatnya mencari inspirasi dengan kembali ke akar. Pencarian inspirasi itu akhirnya mereka lakukan bersama Joox dan Visinema.
Laleilmanino, terdiri dari Arya ”Lale” Aditya Ramadhya (34) dan Ilman Ibrahim Isa (32) dari Maliq & D’Essentials serta Anindyo ”Nino” Baskoro (33) dari RAN, menjelajahi musik tradisional di empat kota dalam negeri. Grup yang telah berkarier selama tujuh tahun ini pergi ke Bali, Yogyakarta, Cirebon; Jawa Barat, dan kembali Jakarta selama setahun terakhir.
”Kami jalan-jalan ke kota-kota itu dan pulang membawa bekal ke studio. Awalnya kami merasa stuck di studio, tetapi pas melihat dengan kacamata yang lebih luas, itu bukan kesulitan melainkan anugerah dan bisa menjadi lebih baik,” kata Nino dalam Konferensi Pers JOOX 6th Anniversary-Lebih dari Musik, di Jakarta, Rabu (27/10/2021).
Nino melanjutkan, banyak hal yang mereka pelajari dari musisi dan seniman lokal. Di Cirebon, misalnya, Lale, Ilman, dan Nino belajar bahwa seniman adalah perantara karya seni dari Tuhan. Keindahan tidak perlu digembar-gemborkan karena pengakuan akan datang dengan sendirinya.
Hasilnya, trio produser ini menciptakan lagu orisinal berjudul ”Kita Bukan Mereka”, ”100 (Satu Kosong Kosong)”, ”Lukisan Kaca”, dan ”Jakarta”. Untuk lagu-lagu ini, Laleilmanino berkolaborasi dengan Baila Fauri, Rizky Febian, HIVI!, dan Diskoria.
Perjalanan Laleilmanino itu diabadikan dalam bentuk seri dokumenter SVARA ”Perjalanan Bermakna di Balik Nada”. Seri ini disutradarai oleh Sonny Laksamana. ”Perjalanan ini tidak hanya membuka telinga, tetapi hati,” ujar Nino.