Ernest Prakasa geram lantaran serial, bahkan filmnya dipecah-pecah kemudian diunggah ke media sosial. Durasi tontonan hingga 1,5 jam bisa dijadikan berpuluh-puluh bagian. Ia pun menumpahkan kekesalannya lewat dunia maya.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·2 menit baca
Ernest Prakasa mengungkapkan kegeramannya lantaran pembajakan masih saja merajalela. Sejumlah serial yang ia produksi diunggah ke media sosial atau medsos secara ilegal. Aktor, sutradara, dan komedian itu menumpahkan kekesalannya lewat dunia maya.
”Serial, bahkan film saya dipecah-pecah. Bisa 1,5 jam dijadikan berpuluh-puluh bagian,” ucapnya di Jakarta, Minggu (19/9/2021). Tindakan serius untuk mengatasi konten tak berizin itu belum dilakukan. Ernest menganggap masalah tersebut sangat kompleks.
”Pemerintah belum menindaklanjuti, tapi protes saya lebih menyasar platform (medsos) karena tahu kalau konten itu bajakan dan seharusnya enggak ada,” ucapnya. Ia juga mengamati sebagian warganet yang masih rendah kesadarannya untuk menghargai produk industri kreatif.
”Mereka download (mengunduh) buat nonton, terus tanya, memang kenapa? Sudah bayar buat kuota internet, enggak apa-apa dong. Masih mikir kayak gitu,” ucapnya. Ernest pun tak bisa berbuat banyak mengingat tuntutan secara hukum sepatutnya diajukan rumah produksi yang memiliki legalitas.
”Tindakan platform juga belum ada. Banyak pengguna medsos yang enggak tahu kalau itu salah. Jadi, saya sebatas kesal. Curhat-curhat di medsos saja,” ujarnya. Setidaknya, jika kalangan terkait belum bergerak, Ernest hendak mengajak masyarakat menonton film dan serial lewat platform orisinal.
”Kalau saya sampai marah karena orang nonton bajakan, jarang. Sejak pengikut medsos masih sedikit, saya juga sudah bawel,” katanya. Ernest menyuarakan keresahan tak hanya soal dunia kerjanya, tetapi juga sosial dan politik. Ia malah tak nyaman jika diam saja.
Serangan balik lantaran menyampaikan ekspresi belum dialami meski ia tak menyangkal jika beberapa pihak mungkin tersinggung. ”Memutus atau mengurangi silaturahmi, tapi buat saya rezeki dari mana saja. Lakukan yang saya pikir benar lebih penting daripada enggak dapat kerjaan,” katanya.