Chicco Jerikho menjawab tantangan baru dengan tampil dalam pentas monolog.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·2 menit baca
Tampil di teater memberi tantangan baru bagi aktor Chicco Jerikho (37). Chicco harus memerankan enam karakter dalam monolog Amir, Akhir Sebuah Syair, sebuah pentas yang merupakan bagian dari seri monolog Di Tepi Sejarah yang diprakarsai Yayasan Titimangsa.
Tantangan itu Chicco bahas dalam Virtual Press Conference Titimangsa Foundation Hadirkan Seri Monolog bertajuk Di Tepi Sejarah, Senin (20/9/2021). ”Awalnya dikasih skrip ada tiga karakter yang aku perankan, tetapi seiring berjalannya waktu latihan, beranak menjadi enam karakter,” tuturnya.
Di Tepi Sejarah adalah seri monolog tentang tokoh-tokoh yang berperan dalam sejarah Indonesia, tetapi jarang dikenal. Dalam Amir, Akhir Sebuah Syair, Chicco berperan sebagai penyair Amir Hamzah saat masih hidup dan arwahnya setelah meninggal dunia, Ijang Widjaja dalam keadaan normal dan depresi, seorang bangsawan, serta seorang rakyat jelata.
Chicco harus berlatih selama sebulan sebelum pentas. Meskipun namanya sudah berkibar di dunia perfilman dan perkopian, Chicco tetaplah anak baru di dunia teater. Rasa minder karena kurang pengalaman dan kurang persiapan sempat muncul.
Hal ini lantaran Chicco awalnya kesulitan memahami skrip. ”Aku bahkan semakin merasa tertekan karena pas latihan aku dengar Chelsea (Islan) sudah hafal semua monolognya, sedangkan aku pertemuan pertama itu belum hafal sama sekali,” kata pemain dalam Filosofi Kopi (2015) ini.
Meskipun sempat minder, Chicco terus diberi semangat oleh rekan-rekannya. Hasilnya, ia ternyata bisa tampil dengan baik dan lancar saat pementasan.