Banyak penyintas kekerasan seksual yang tidak mendapatkan keadilan. Mereka juga berusaha memendam kisahnya karena minimnya ruang aman di masyarakat.
Oleh
DENTY PIAWAI NASTITIE
·2 menit baca
Bagi sutradara Wregas Bhanuteja (28), film adalah medium yang ampuh untuk mengomunikasikan pesan kepada masyarakat. Melalui film panjang pertamanya yang berjudul Penyalin Cahaya, Wregas ingin meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tingginya angka kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan.
”Kalau kita membuat film berarti ada tanggung jawab yang besar. Masyarakat sangat perlu tahu tentang darurat kekerasan seksual dan banyak penyintas yang tidak mendapatkan keadilan,” ujarnya konferensi pers virtual film Penyalin Cahaya di Jakarta, Kamis (2/9/2021).
Film Penyalin Cahaya lahir dari pengamatan Wregas atas tingginya angka kekerasan seksual. Berdasarkan pengamatannya, banyak penyintas kekerasan seksual yang tidak mendapatkan keadilan. Mereka juga berusaha memendam kisahnya karena minimnya ruang aman di masyarakat. ”Bahkan, keluarga juga kerap absen menjadi support system,” ujarnya.
Ia mencontohkan Baiq Nuril sebagai salah satu penyintas kekerasan, yang bahkan ketika ia bersuara ia malah diperlakukan tidak adil. Untuk membuat film ini, Wregas juga melakukan pengamatan terhadap kasus-kasus kekerasan dan pelecehan seksual.
Penyalin Cahaya dibintangi oleh pemain-pemain antara lain Shenina Cinnamon, Chicco Kurniawan, Lutesha, Jerome Kurnia, Dea Panenda, dan Giulio Parengkuan. Film yang diproduseri oleh Rekata Studio dan Kaninga Pictures tersebut masuk dalam program kompetisi utama New Currents dan menggelar World Premiere di Busan International Film Festival (BIFF) ke-26 pada 6-15 Oktober 2021.
Menurut Wregas, sangat penting membawa film ini ke festival internasional untuk memperluas gaung film. ”Perlawanan terhadap kekerasan seksual adalah sebuah concern bukan hanya untuk orang Indonesia, tapi juga dunia,” jelasnya. Selain itu, mempresentasikan film di BIFF berarti membuka kesempatan film ini untuk didistribusikan ke negara lain.
Seperti oase, kehadiran film ini, menurut Wregas, juga sangat penting untuk menggerakkan kembali industri perfilman yang tengah lesu karena pandemi.