Didik Nini Thowok mengaku ”kepontal-pontal” ketika harus berkolaborasi untuk mencipta sebuah komposisi tari bersama dua koreografer yang lebih muda.
Oleh
Nawa Tunggal
·2 menit baca
Didik Nini Thowok (66) kesulitan mengalihbahasakan istilah ”kepontal-pontal” dalam bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Kata itu memiliki makna selalu tertinggal atau tidak bisa mengikuti ritme yang lebih cepat.
Didik mengaku kepontal-pontal ketika harus berkolaborasi untuk mencipta sebuah komposisi tari bersama dua koreografer yang lebih muda, Eko Supriyanto (50) dan Ufa Sofura (31).
”Kita punya warna masing-masing, bisa dikatakan kontras. Saya kepontal-pontal terlebih ketika harus mengikuti koreografi Ufa,” ujar Didik, dalam konferensi pers virtual untuk program Indonesia Menari Virtual 2021 oleh Indonesia Kaya, Kamis (12/8/2021).
Ketiga koreografer terkemuka itu berkolaborasi merespons lima lagu daerah, yakni ”Suwe Ora Jamu” (Jawa Tengah), ”Apuse” (Papua), ”Indung-indung” (Kalimantan Timur), ”Rambadia” (Sumatera Utara), dan ”Pakarena” (Sulawesi Selatan). Hasil kolaborasi menjadi sebuah komposisi tari dengan durasi satu menit.
Tarian tersebut dikompetisikan sepanjang September hingga Oktober 2021 dengan kriteria yang bisa disimak di laman Indonesia Kaya. Didik mengharapkan, kompetisi bisa diikuti siapa saja, tidak harus yang berprofesi sebagai penari.
”Komposisi tarian kolaborasi ini simpel dan harmoni. Ini koreografi edukasi yang mudah diikuti siapa saja,” ujar Didik, kelahiran Temanggung, Jawa Tengah.
Indonesia Menari merupakan program tahunan menari bersama di berbagai kota di Indonesia sejak 2012. Program ini melibatkan ribuan peserta. Indonesia Menari 2020 tidak dijalankan karena proses adaptasi pandemi Covid 19. Indonesia Menari Virtual 2021 ditargetkan akan diikuti 10.000 peserta.