Aktris Nadya Arina belajar dialek Bali supaya lebih menghayati karakter Saski yang dimainkannya dalam film ”A Perfect Fit”.
Oleh
Wisnu Dewabrata
·2 menit baca
Berperan total adalah satu keharusan. Saat memerankan sosok karakter gadis modern asal ”Pulau Dewata”, Saski, artis film Nadya Arina (24) mengaku tak ingin setengah-setengah.
Dalam film terbarunya bergenre drama romantis, A Perfect Fit, garapan duet sutradara Hadrah Daeng Ratu dan sang maestro sutradara Garin Nugroho, Nadya belajar berdialog dalam dialek Bali.
Selain berkonsultasi ke sesama pemain di film tersebut, Ayu Laksmi yang asli Bali, Nadya juga meminta tolong beberapa teman dekatnya. Ayu Laksmi di film yang tayang di platform film digital berbayar (OTT) Netflix tersebut memerankan karakter ibu Saski, Laksmi.
Secara umum, film ini berkisah tentang perjalanan mencari cinta Saski. Walau sudah dipertunangkan oleh keluarga, perjalanan cinta Saski ternyata terbilang penuh liku dan coba dianalogikan lewat proses pencarian sepatu untuk dikenakan di hari pernikahan.
Seperti pula sepatu, pernikahan sepasang manusia haruslah nyaman untuk bisa selalu dibawa berjalan beriringan, jika perlu seumur hidup.
”Awalnya saya memang merasa tertekan karena harus menghidupkan sosok wanita Bali dengan pengaruh budaya yang begitu kuat di kehidupannya. Sementara saya sendiri bukan orang Bali. Oleh karena itu, saya merasa perlu berbicara dengan aksen Bali meski awalnya tak diharuskan,” papar Nadya dalam jumpa pers dan peluncuran daring filmnya itu, Kamis (15/7/2021), yang digelar Netflix.
Menurut Nadya, akan sangat ganjil jika karakter Saski yang diperankannya itu berbicara dan bergaya seperti dirinya di kehidupan nyata. Selain belajar dari Ayu Laksmi, Nadya juga menghubungi beberapa temannya yang orang asli Bali agar dirinya bisa lebih menghayati cara hidup, budaya, dan percakapan orang Bali.
Dalam film berlatar keindahan alam dan tradisi budaya Bali ini, kedua sutradara juga terkesan serius dalam penggarapannya. Demi menangkap unsur Bali yang otentik, Hadrah dan Garin pun bekerja sama dengan sejumlah pihak asli Bali.
Selain aktris Ayu Laksmi, yang juga menjadi pelatih dialog, juga ada budayawan Bali I Made Sidia, konsultan budaya Bali Guspung, salah satu dari sedikit penjaga lontar yang tersisa di Bali Sugi Lanus, serta Ni Luh Djelantik, desainer sepatu ternama dunia dari Bali.