Galih Montana memadukan sulap dan teknologi. Dasar sulap atau ilusi yang dibuatnya adalah kecepatan tangan.
Oleh
Tri Agung Kristanto
·2 menit baca
Sebuah kartu nama keluar dari telepon pintar. Trik sulap itu bukan dilakukan di panggung, dengan tata cahaya yang terang dan menyilaukan mata, melainkan dilakukan Galih Montana, techno illusionist, langsung di depan mata Kompas, akhir pekan lalu, di Jakarta.
Tidak ada persiapan yang dilakukannya. Aksi spontan itu diperlihatkan saat ia diminta kartu nama dalam pertemuan tak terencana di kantor Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Advokat Indonesia (DPN Peradi) di Jakarta. Aksi Galih, yang sepuluh tahun lalu tampil di ajang pencarian bakat pesulap di sebuah stasiun televisi, langsung disambut tepuk tangan. Namun, ia tak bersedia saat diminta mengulangi lagi aksinya.
Menurut Galih, ia tetaplah pesulap biasa. Ia memadukan sulap dengan teknologi. Dasar sulap atau ilusi yang dibuatnya adalah kecepatan tangan. Dia dengan gerak lambat mempertunjukkan trik memindahkan koin dari genggaman tangan kiri ke genggaman tangan kanan. Namun, tetap saja ”kecepatan tangan” sulapnya tak bisa diikuti dengan mata biasa.
Perpaduan teknologi dan sulap dipanggungkan Galih secara apik ketika peluncuran logo dan toga baru Peradi di Jakarta, Kamis (10/6/2021) malam. Ia menampilkan bola lampu menyala di layar lebar di panggung dan mengambilnya menjadi benda nyata di tangan. Sebuah tongkat diambilnya dari tampilan garis cahaya di layar. Sebuah kacamata virtual juga diubah menjadi nyata dan dikenakannya.
Galih mengakui, publik masih sering keliru antara techno illusionist dan techno dancer, penari yang memakai dukungan teknologi. ”Saya bukan penari. Bahkan, saya tak bisa menari. Namun, masyarakat masih sering keliru,” katanya. Galih berharap masyarakat semakin mengenal permainan sulap yang dipadukan dengan teknologi.