Bagi Moeldoko, kelapa muda bukan sekadar minuman yang menyegarkan, melainkan juga bagian dari nostalgia saat masih menjadi prajurit. Bagaimana ceritanya?
Oleh
Mawar Kusuma
·2 menit baca
Di tengah kesibukan menjalankan tugas sebagai Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal TNI Purnawirawan Moeldoko berusaha menghadirkan sesuatu yang spesial di ruang kantornya. Salah satu hal istimewa yang dihadirkan di sela padatnya pekerjaan berupa sebutir kelapa muda. Kelapa yang kulitnya masih terlihat hijau itu menjadi sarana pelepas dahaga bagi sang jenderal.
Ketika disinggung tentang kelapa muda dengan sedotan yang terlihat begitu segar di sudut meja kerjanya, Moeldoko segera tersenyum. Baginya, kelapa muda itu bukan sekadar sebagai minuman segar saat panas terik. Namun, lebih dalam dari itu, kelapa muda sekaligus membawa ingatannya pada nostalgia masa lalu saat menjadi prajurit.
Moeldoko juga segera menyanggah ketika ditanya apakah kelapa muda tersebut menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan imunitas tubuh demi memerangi virus. ”Enggak juga. (Lebih dari itu), dari sejak zaman tentara dulu (konsumsi kelapa muda),” ujar Moeldoko ketika ditemui di ruang kerjanya di Kantor Staf Presiden (KSP), Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (24/5/2021).
Nostalgia masa lalu pula yang kental terasa ketika pandangan mata menjelajahi setiap sudut ruang kerja yang dulunya pernah digunakan sebagai ruang kerja pemimpin Orde Baru, Presiden Soeharto tersebut. Hingga kini, masih ada patung kayu berbentuk tujuh kuda menyatu yang ada sejak era Presiden Soeharto. Bahkan, kaca di ruang kerja dan lobi bawah Gedung Bina Graha, tempat Presiden Soeharto dulu berkantor, juga pernah dirancang tahan peluru.
Bicara tentang nostalgia, Moeldoko pun sempat bercerita tentang pengalaman berelasi dengan wartawan di masa sebelum pandemi Covid-19. Ia, misalnya, berbagi pengalaman ketika kakinya diinjak oleh wartawan agar tidak bisa beranjak pergi ketika sedang berlangsung wawancara door stop. ”Wartawan sekarang pintar-pintar,” ujar Moeldoko sembari tertawa.