Angga Dwimas Sasongko tentang Kegelisahan Personal
Sampah plastik yang berserakan di permukiman, sungai, hingga laut menggelisahkan Angga Dwimas Sasongko. Ia pun tergerak untuk memproduksi ”Pulau Plastik”, film berdurasi sekitar 100 menit yang menyoroti problem tersebut.
Oleh
Dwi Bayu Radius
·2 menit baca
Keresahan Angga Dwimas Sasongko (36) mengenai sampah plastik diangkat ke layar lebar dengan judul Pulau Plastik. Film itu mengisahkan perjalanan Gede Robi, Tiza Mafira, dan Prigi Arisandi. Mereka fokus bergelut dengan problem tersebut di permukiman, sungai, hingga laut.
Film diputar di Sulawesi, Sumatera, Bali, dan Jawa dengan jadwal berbeda. Di Jakarta, misalnya, Pulau Plastik mulai ditayangkan pada Kamis (29/4/2021). ”Perjalanan mereka (Robi, Tiza, dan Prigi) menguak fakta-fakta tentang masalah konsumsi dan pengolahan limbah yang kita hadapi,” kata Angga.
Produksi Pulau Plastik berawal ketika Chief Executive Officer (CEO) Visinema Pictures dan produser eksekutif film itu bertemu Robi. ”Film itu merupakan kegelisahan personal saya. Bergabung dengan para pembuat Pulau Plastik adalah kehormatan buat Visinema,” ujar Angga.
Ia memilih menyoroti sampah plastik karena sudah urgen untuk diatasi sementara medium yang membahasnya masih sangat minim. ”Itulah yang kita alami sebagai bangsa mengenai plastik, apalagi laut Indonesia sangat luas. Maka, kami menggunakan film untuk menyampaikan pesan,” katanya.
Inisiatif itu dikemukakan Robi. Vokalis Navicula itu bersama rumah produksi Akarumput dan organisasi penelitian lingkungan Kopernik mendatangi Visinema Pictures. ”Kami senang banget diajak terlibat. Konsepnya disampaikan Robi dan Dandhy Laksono (sutradara Pulau Plastik),” ucap Angga.
Ia menganggap dedikasi Robi sangat penting sehingga proyek itu perlu diperjuangkan. Angga juga terlibat dalam produksi Pulau Plastik. ”Konsepnya sudah disampaikan kepada saya 2,5 tahun lalu. Pengerjaan Pulau Plastik memang lama,” katanya.