Sofjan sempat menceritakan, ketika memasuki usia 70 tahun, sebuah buku kiprah dirinya yang diberi judul ”Aktivis Sejati” garapan wartawan ”Kompas”, Abun Sanda (alm), menjadi kenangan yang tak terlupakan.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·2 menit baca
Memasuki usia 80 tahun, pengusaha senior Sofjan Wanandi merasa tak pernah bisa sepenuhnya menuruti permintaan istrinya, Riantini Wanandi, untuk ”pensiun”. Selama diberikan kesehatan, Sofjan takkan pernah mau berhenti memberikan tenaga dan pemikirannya untuk memperbaiki situasi bangsa dan negara ini.
”Saya begitu cinta Indonesia. Hal yang terpenting memasuki usia 80 tahun, saya mencoba merefleksikan diri, apa yang selama ini sudah saya kerjakan dan berikan untuk bangsa ini?” kata Sofjan seusai menyelenggarakan perayaan misa syukur di Kapel Kanisius, Menteng, Jakarta, Minggu (7/3/2021), yang digelar secara virtual melalui media Youtube.
Pria kelahiran Sawahlunto, Sumatera Barat, 3 Maret 1941, ini harus mengurungkan niat menggelar ulang tahun meriah bersama para kerabat dan sahabatnya akibat penyebaran Covid-19. Biasanya, kata Sofjan, setiap usianya bertambah 10 tahun, pesta dirayakan besar-besaran sebagai ungkapan berbagi syukur.
Meski demikian, kemajuan teknologi virtual diyakini dapat menggantikan pesta ulang tahun secara fisik. Semua ini harus dilalui karena pandemi Covid-19 belum juga usai.
Sofjan sempat menceritakan, ketika memasuki usia 70 tahun, sebuah buku kiprah dirinya yang diberi judul Aktivis Sejati garapan wartawan Kompas, Abun Sanda (alm), menjadi kenangan yang tak terlupakan. Kini, Sofjan dengan tenaga yang tidak muda lagi tetap ingin memberikan semangat kepada generasi muda, mulai dari anak-anaknya, termasuk cucu-cucunya, untuk tidak hanya bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga.
”Kompetisi dengan dunia luar harus dihadapi, tentu anak-anak muda memiliki caranya tersendiri. Selain bekerja untuk keluarga, anak-anak muda tak boleh lupa berbuat sesuatu sebagai aksi nyata bagi masyarakat,” kata Sofjan. (OSA)