Upie Guava sungguh terpukul ketika beberapa sobatnya tewas diterjang tsunami. Ia lantas mengangkat kisah tersebut dengan menyutradarai ”Kemarin”. Nominasi-nominasi yang ditembus lewat film itu pun menjadi penawar gundah.
Oleh
KOMPAS/DWI BAYU RADIUS
·2 menit baca
Upie Guava (44) sedang gembira karena karya-karyanya masuk nominasi Piala Maya. Tak tanggung-tanggung, sutradara tersebut dicalonkan meraih hingga empat penghargaan film dan klip video. Ia mempersembahkan kreasi itu untuk beberapa sahabat yang telah mendahuluinya.
”Film Kemarin merupakan penutup dari utang untuk menjalankan amanat sahabat-sahabat Seventeen yang lebih disayang Tuhan,” katanya di Jakarta, Kamis (18/2/2021). Saat sedang tampil, beberapa personel band itu tewas diempas tsunami di Kabupaten Pandeglang, Banten, pada tahun 2018.
Upie lantas menyutradarai Kemarin yang diangkat dari kisah nyata tersebut. Rencana pemutaran film itu di bioskop pada April 2020 pun berantakan. ”Kadang, kehidupan unik dan sulit dimengerti, tapi saya mencoba menerka hikmah di baliknya,” ujarnya.
Kegundahan Upie terobati ketika Kemarin akhirnya ditampilkan pada Desember 2020 dan termasuk film pertama yang bisa disaksikan di layar lebar sejak pandemi merebak. Ia semakin bersyukur karena karyanya dinyatakan sebagai nomine film dokumenter panjang terpilih, dan penyutradaraan berbakat.
Kebahagiaan Upie bertambah setelah kreasinya, ”Rindu dalam Hati”, yang dinyanyikan Arsy Widianto dan Brisia Jodie, serta lagu Noah, ”Kala Cinta Menggoda”, menembus nominasi klip video musik terpilih. Nyanyian Seventeen, ”Kemarin”, melengkapi penawar duka lantaran dinominasikan sebagai lagu tema terpilih.
”Jadi yang terbaik bukan tujuan. Namun, apresiasi menjadi imbalan paling berharga buat pekerja seni. Terima kasih artis, rumah produksi, dan label yang bekerja sama,” katanya. Pagebluk hanya membelenggu fisik Upie, tetapi kreativitasnya tetap bebas, bahkan bisa lebih liar.