Sejak Maret 2020 sampai sekarang di masa pandemi Covid 19 ini, Ucu belum sempat pulang ke Tanah Air. Itu, antara lain, pengorbanan Ucu dalam membuat film yang akhirnya meraih Piala Citra 2019.
Oleh
Nawa Tunggal
·2 menit baca
Dari tempat tinggalnya di Washington DC, Amerika Serikat, Ucu Agustin (44), seorang produser dan sutradara film dokumenter itu suatu kali harus mondar-mandir ke Virginia. Di Virginia, Ucu mengambil gambar bergerak dari aktivitas sehari-hari tokoh Dea, seorang gadis penyandang disabilitas netra bernama lengkap Andrea Carla Darmawan asal Indonesia pula.
”Dari Washington ke Virginia, kalau pas punya uang, saya naik Lyft, semacam taksi online. Kalau tidak, naik kendaraan umum dengan dua kali naik bus, kemudian naik metro, dan jalan kaki 15 menit menuju rumah Dea,” ujar Ucu dari Washington, Jumat (5/2/2021) pagi waktu Indonesia bagian barat.
Ucu menghabiskan waktu 2 jam 15 menit setiap kali berangkat ke Virginia. Begitu pula sekembalinya ke Washington DC. Dalam sehari, pergi dan pulang untuk merekam dokumentasi Dea, Ucu harus menyisihkan waktu selama 4,5 jam di perjalanan.
Awalnya, pada 2016 Ucu bertemu Dea yang sudah belasan tahun tinggal di Amerika. Kebetulan, sebelumnya Ucu mengenal ibu Dea, Indah Setyowati. Dea pun bercerita, sejak berumur 5 tahun menetap di Amerika, tetapi sampai sekarang masih menjalin komunikasi dengan sahabatnya di Jakarta.
Mereka bersahabat sejak duduk di bangku taman kanak-kanak di Lebak Bulus, Jakarta. Namanya Indri Alifia Syalsabila.
Ucu awalnya tertarik dengan cerita komunikasi dua sahabat sejak kecil dengan karunia tunanetra itu. Yang satu tinggal di Indonesia dan satunya lagi di Amerika Serikat. Ucu berinisiatif membuat film dokumenternya.
Sejak 2016 Ucu beberapa kali ke Jakarta untuk mengambil adegan gambar bergerak tokoh Salsa. Hingga akhirnya film dokumenter itu usai dan diberi judul Sejauh Kumelangkah (How Far I’ll Go, dirilis 6 September 2019).
Sejak Maret 2020 sampai sekarang di masa pandemi Covid 19 ini Ucu belum sempat pulang ke Tanah Air. Ketekunan Ucu berbuah film berdurasi 35 menit itu. Film ini pun meraih Piala Citra 2019 untuk kategori film dokumenter pendek terbaik.
”Sampai sekarang saya masih tertarik untuk membuat film disabilitas lainnya,” ujar Ucu, kelahiran Sukabumi, Jawa Barat.