Lilo bercerita tentang kerja pawang hujan saat Imlek.
Oleh
Wisnu Dewabrata
·2 menit baca
Perayaan Tahun Baru Imlek biasanya identik dan lebih disukai jika diwarnai guyuran hujan deras. Konon, hujan melambangkan hoki dan kemakmuran.
Bagi musisi senior band legendaris KLA Project, Romulo Radjadin atau lebih dikenal Lilo, kedua hal tadi, hujan dan Imlek, punya latar belakang sebuah kisah lucu. Beberapa tahun lalu, salah seorang kenalan Lilo akan menyelenggarakan acara perayaan Imlek lengkap dengan pertunjukan Barongsai. Acara bakal dihadiri sejumlah pejabat teras.
”Tapi, dia mengeluh, takut kalau pas acara digelar hujannya turun. Maklum waktu itu pas musim hujan. Dia takut acaranya gagal. Kebetulan ada saudara istriku punya kemampuan, pawang hujan,” ujar Lilo.
Pada hari H, yang juga bertepatan dengan hari Lilo akan manggung di acara festival jazz skala besar tahunan, gitaris KLA Project itu menemani saudaranya itu beraksi. Akan tetapi, tambah Lilo, sepenglihatannya, sang pawang hujan nyaris sama sekali tak melakukan ritual-ritual tertentu.
Dari pagi selesai sarapan di hotel, Lilo dan saudaranya itu hanya sekali keluar berkeliling ke lokasi acara di kawasan Hayam Wuruk untuk mengawasi situasi. Sekembali ke hotel, sang pawang hujan hanya duduk-duduk memantau awan sambil mengopi dan merokok. Gerimis sempat sekelebat muncul, tetapi tak lama cuaca kembali terik.
”Orangnya pun santai-santai saja sambil paling sesekali melongok ke langit seperti mengawasi sesuatu. Menurut dia, itu memang bukan magic, melainkan energi saja,” ujar Lilo.
Bahkan, sampai ketika Lilo selesai tampil di atas panggung di acara lain di Kemayoran, hujan juga masih tak turun sekelebat pun.
”Lucu juga, sih. Cerita macam begini, kan, orang bakal percaya enggak percaya. Tapi, menurut aku, sih, lucu kalau ingat lagi tentang itu. Ha-ha-ha,” ujar Lilo terbahak.