Sesulit apa pun situasinya, pegiat sosial mesti terus bergerak. Sebab, masalah yang terjadi kala pandemi justru makin tinggi. Kondisi ini yang sedang dihadapi Faye Simanjuntak, aktivis sosial masalah anak.
Oleh
Andy Riza Hidayat / Fajar Ramadhan
·2 menit baca
Selama pandemi, ruang gerak Faye Simanjuntak (18) makin terbatas. Namun, keterbatasan ini tidak menghentikan aktivitasnya. Pegiat sosial itu mengubah sejumlah rencana sesuai dengan kebutuhan komunitas-komunitas yang digerakkannya. Beberapa di antaranya, program sosialisasi berubah menjadi pendistribusian bahan pokok, forum anak digelar secara daring, dan sejumlah program lain.
”Meskipun situasinya tidak ideal, saya berterima kasih bisa mencetuskan dan mengimplementasikan rencana-rencana baru selama pandemi,” kata Faye kepada Kompas, Sabtu (2/1/2020). Salah satu proyek sosial yang dapat dikerjakannya adalah membuat riset dengan lembaga pendidikan dan kebudayaan dunia UNESCO serta terlibat aktif dalam proyek What is Up, Indonesia?
Bagi Faye, pandemi ini mengajarkannya untuk cepat beradaptasi. ”Namanya anak Gen-Z, mesti gercep, kan?” kata Faye, pendiri Rumah Faye, lembaga sosial yang menaruh perhatian pada kekerasan dan perdagangan anak.
Tidak hanya itu, kuliahnya tahun ini terpaksa dilakukan secara daring. Ini merupakan tahun pertamanyanya mencecap pendidikan di perguruan tinggi. Jika tidak ada pandemi, Faye menyatakan bahwa dirinya akan lebih sering di kampus. Namun, rupanya, dia memulai semester 1 kuliah dari rumah secara daring.
Tahun ini, bagi Faye bukanlah tahun yang mudah. Selama pandemi, terjadi peningkatan kasus perdagangan, eksploitasi, dan kekerasan seksual pada anak di Indonesia. Menurut Faye, kasus eksploitasi seksual daring (online) bermunculan lebih cepat daripada yang ia tangani di Rumah Faye.
Selama pandemi, Rumah Faye telah mendapat pengajuan kasus yang jauh meningkat jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. ”Tahun ini, kami menerima 49 anak perempuan dan 3 anak balita di rumah aman kami,” ujarnya.
Angka-angka ini berarti bahwa menjaga harapan dan semangat selama pandemi Covid-19 adalah hal yang sangat sulit. Meski begitu, dia belum ingin mengibarkan bendera putih alias menyerah. Dia dan rekan-rekannya sesama pegiat sedang mencari solusi yang tepat. ”Saya harus membuat pilihan untuk terus melakukan hal-hal kecil,” kata Faye.