Pengujung tahun 2020 menjadi waktu istimewa bagi Gitaris Slank, Ridho Hafiedz. Di tengah masa karantina mandiri akibat paparan Covid-19 yang dialaminya bersama sang istri dan anak, Ridho sempat meluncurkan album solo pertama bertajuk ”Legacy”. Album ini ia persembahkan untuk tanah kelahirannya: Maluku.
”Album yang berisi sepuluh lagu ini berkisah tentang keindahan Maluku yang digarap bersama maestro steel guitar tiga zaman, Bing Leiwakabessy (97). Ridho memainkan Blues, sedangkan Opa Bing bermain musik Hawaiian.
”Jadi kayak, ya, ada semangat. Kayak nambah imun. Setelah tujuh tahun, akhirnya rilis. Sesuatu banget. Album solo pertama yang dikerjakan sendiri. Hampir semua biaya sendiri,” kata Ridho saat dihubungi, Rabu (30/12/2020).
Selama tiga tahun, dari 2013 hingga 2016, Ridho bolak-balik Jakarta-Ambon untuk rekaman. Sempat direncanakan rilis pada 2017, klip video yang sarat kecantikan alam Maluku pun sudah digarap pada tahun itu. ”Kalau ngomongin Maluku, enggak selesai-selesai karena emosional banget. Aku lahir di situ dan tiap tahun lihat di situ salah satu provinsi termiskin, tetapi terbahagia nomor dua. Itu karena alamnya,” kata Ridho.
Ridho meninggalkan Ambon sejak berusia 7 tahun. Namun, ia dan keluarganya selalu memilih Maluku sebagai destinasi liburan utama. Pada 2008, misalnya, Ridho bisa dua kali ke Ambon dalam satu tahun. ”Aku tumpah darah Ambon. Semakin cinta karena sejarahnya,” tambahnya.
Pada November lalu, Ridho sempat terlibat dalam ekspedisi Marine Debris dan berkeliling Maluku selama tiga pekan. Bersama tim, ia menanam terumbu karang, bakau, penyuluhan pertanian, dan pengobatan gratis ke banyak tempat, seperti Ambon, Haruku, Nusa Laut, Run, dan Banda Neira.
”Timur Indonesia memang wisatanya yang harus digarap. Jangan mikirin tambangnya. Butuh infrastruktur pariwisata yang bagus. Perekonomian bisa naik,” ujar Ridho.