Rollfast mengibaratkan pertemuan virtualnya dengan Frau sebagai tali kasih. Grup musik rock psikedelik asal Bali tersebut juga menganggap kolaborasinya memang sudah jodoh. Mereka tak perlu waktu lama untuk bekerja sama.
Oleh
KOMPAS/DWI BAYU RADIUS
·2 menit baca
Grup musik rock psikedelik Rollfast berkolaborasi dengan Frau dan Gardika Gigih untuk membuat album bertajuk Garatuba. Mereka juga mengadakan konser Garatuba Live at Anthembawu di Denpasar, Bali, akhir November lalu. Lantaran perkenalan yang singkat, kerja sama itu tak pelak bagai kencan buta.
Pertunjukan secara daring yang dimulai sekitar pukul 19.00 tersebut digelar sebagai selebrasi atas peluncuran Garatuba. ”Kami sebenarnya baru bertatap muka dengan Frau sekarang,” kata Bayu Krisna (25), gitaris Rollfast saat konferensi pers secara daring pada siang harinya.
Frau yang mengikuti pertemuan virtual itu sambil tersenyum juga mengaku harus mengulik karakter Rollfast bermusik. ”Jadi, semacam tali kasih. Kami juga tergolong baru mendengarkan musik Frau, tetapi memang jodoh,” ujar Arya Triandana (25), basis Rollfast seraya tertawa.
Kerja sama band asal Bali tersebut dengan Gigih pun termasuk kilat. Gigih tak sengaja bersua Rollfast yang juga beranggotakan vokalis Agha Praditya (25) itu. Mereka lalu asyik bertukar pikiran. Pertemuan mereka selama lima jam hingga nyaris dini hari diakhiri kesepakatan.
”Waktu ketemu dadakan di Sanur, Bali, Gigih langsung ditembak saja untuk bikin lagu bareng dan tertarik. Paginya, ia sudah kirim materi,” kata Bayu. Rollfast lantas merilis albumnya pada September 2020 yang didahului peluncuran lagu ”Pajeromon”, ”Garatuba”, dan ”Grand Theft Atma”.
Mereka menyampaikan kritik satirnya mengenai eksploitasi tanpa henti di Bali lewat Garatuba. Saat konser Rollfast sedang berlangsung, situs web yang digunakan macet. ”Mungkin penontonnya membeludak. Soalnya, website (situs) itu juga swadaya,” kata Bayu.