Nasi goreng bisa jadi kerap dianggap sepele, tetapi sejarah hidangan itu sebenarnya diwarnai aspek-aspek menarik. Moderator Komunitas Jalansutra dan penulis Harry Nazarudin mengangkat masakan tersebut dalam buku barunya.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·2 menit baca
Harry Nazarudin (43) sudah merampungkan naskah mengenai nasi goreng. Ia berencana meluncurkan buku dengan penuturan yang ringan, tetapi bernas setebal lebih kurang 150 halaman. Penulis dan moderator Komunitas Jalansutra tersebut mengisi waktu di masa pandemi untuk membuat karyanya.
”Sedang diedit, disiapkan ilustrasinya, lalu dicetak. Belum tahu dirilis tahun ini atau 2021. Tergantung penerbit,” katanya, di Jakarta, Jumat (30/10/2020). Ia juga belum bersedia menyebutkan judul buku itu. Sebelumnya, Harry telah menulis seri buku 100 Mak Nyus bersama Bondan Winarno dan Lidia Tanod.
Karya tentang nasi goreng yang ditulis Harry sendiri bakal menjadi buku ke-enamnya. Harry mulai menulis naskahnya sejak Maret 2020. ”Efek pandemi. Dikerjakan di rumah juga bisa. Saya bikin buku daripada nonton saja atau bengong,” katanya sambil tertawa.
Saya bikin buku daripada nonton saja atau bengong.
Harry memilih nasi goreng untuk diulas karena hidangan tersebut relatif simpel, tetapi jarang dibukukan secara mendalam. Ia, misalnya, mengungkapkan nasi goreng yang menjembatani antarpolitisi untuk berdiplomasi. Masakan itu juga dicantumkan dalam Serat Centhini.
”Kalau nasi goreng dibilang dari China, kayaknya enggak 100 persen. Di buku saya dijelaskan. Ada histori. Peristiwa yang terkait nasi goreng,” katanya. Harry tak menulis buku setebal biasanya. Ia ingin pembeli membaca karyanya dengan santai.
”Enggak termasuk tebal supaya gampang dibaca. Itu masakan khas kita, tapi pembahasannya masih sedikit dalam buku kuliner keren. Mungkin dianggap makanan biasa,” katanya. Harry ingin menambah khazanah pustaka Tanah Air, tetapi kreasinya bukan termasuk buku resep.