Lagu-lagu Ayu Laksmi banyak berangkat dari kontemplasi atau meditasi. Juga dari hal-hal lampau yang mungkin sudah dilupakan orang.
Oleh
Mohammad Hilmi Faiq
·2 menit baca
Ayu Laksmi mengungkapkan satu jurus dalam mencipta lagu, yakni dengan berpasrah diri. Dia tidak merancang untuk menjadikan sesuatu dalam mencipta lagu, tetapi cukup dengan menyediakan diri. Selanjutnya, alamlah yang akan bekerja.
”Karena saya meyakini, sebuah karya jadi (tercipta) itu campur tangan semesta,” kata Ayu Laksmi sembari menegaskan alasan yang sama lahirnya kelompok Svara Semesta yang dia dirikan sejak satu dekade lalu.
Itu dia sampaikan dalam pergelaran ”Indonesian Music Expo: The Color of Indonesian World Music” yang disiarkan secara daring pada Sabtu (17/10/2020) malam dari Bali.
Dia menambahkan, lagu-lagunya banyak berangkat dari kontemplasi atau meditasi. Juga dari hal-hal lampau yang mungkin sudah dilupakan orang. Dia, misalnya, membuat kembali penting, sebuah alat musik petik dari Karangasem, Bali, yang sudah lama tidak dikenal orang.
Ayu Laskmi juga menggunakan beragam bahasa, seperti kawi, bali, latin, inggris, dan melayu. Lalu, memasukkan unsur-unsur bebunyian lokal, seperti gamelan, suling dan karinding.
Lirik-lirik yang dia usung tak jauh dari tema kemanusiaan, cinta, ketuhanan, dan alam. Orang menyebutnya sebagai world music yang cocok untuk yoga atau meditasi. Sebutlah, misalnya, lagu ”Hyang”, ”Maha Asa”, ”Kidung Maria”, atau ”Tuhan di Dalam Diri” yang dia bawakan pada Sabtu malam.
Sayangnya, belum banyak yang tertarik jenis musik ini. Padahal, genre world music bisa menggelar masa depan Indonesia. Begitu kata Ayu yang juga seorang aktris dan pemain teater ini.