Kesibukannya di masa pandemi memang makin menjadi-jadi. Kebanyakan pasien memilih konsultasi secara daring. Tara pun sibuk mengisi berbagai webinar tentang kesehatan jiwa.
Oleh
Mawar Kusuma Wulan Kuncoro Manik
·2 menit baca
Selama pandemi, psikolog klinis yang berpraktik di RSJ Sanatorium Dharmawangsa, Tara de Thouars, justru lebih sering menonton film. Film menjadi sarana untuk memperoleh waktu buat diri sendiri. Film horor, aksi, dan thriller menjadi pilihan utama yang bisa memancing adrenalin.
”Menimbulkan sedikit excitement, ketegangan, dan releasingstress hormone. Film malah bisa membuat saya bersemangat dan melepas kepenatan hari-hari yang rutinitasnya begitu-begitu saja,” kata Tara saat dihubungi, Jumat (25/9/2020).
Kesibukannya di masa pandemi memang makin menjadi-jadi. Kebanyakan pasien memilih konsultasi secara daring. Tara pun sibuk mengisi berbagai webinar tentang kesehatan jiwa. Banyak perusahaan memintanya mendampingi karyawan karena adanya perubahan ritme kerja hingga pemutusan hubungan kerja.
Kesadaran terhadap kesehatan mental di masa pandemi juga jauh meningkat dan semakin banyak orang yang mencari pendampingan psikolog. Masalah yang banyak dikeluhkan kebanyakan stres, gangguan kecemasan, kesulitan beradaptasi dengan situasi baru, hingga kesulitan mengelola emosi dalam relasi dengan pasangan selama di rumah.
Nonton film bisa menjadi cara untuk melepas ketegangan dan memberi relaksasi. ”Punya waktu jeda sejenak untuk mengalihkan diri kita dari masalah yang sedang terjadi. Jadi, enggak mikirin dulu, malah bisa menghibur diri, rileks, dan juga melepaskan apa pun beban yang sedang dirasakan,” ujarnya.
Nonton film yang terhubung dengan permasalahan pribadi bisa semacam membuka pikiran terhadap prespektif lain dan memberikan masukan baru. ”Kalau dinasihati akan lebih susah karena ada hambatan emosional. Film netral sehingga mudah relate secara netral tanpa libatan emosional,” kata Tara.