Membaca buku adalah kebutuhan bagi Andrei Aksana. Penulis yang produktif ini juga mendorong banyak orang menulis melalui platform digital
Oleh
Mawar Kusuma
·2 menit baca
Membaca sudah menjadi kebutuhan bagi penulis Andrei Aksana. Kali ini, ia sedang memburu bacaan dari 13 buku yang masuk dalam “longlist” untuk The 2020 Booker Prize. Satu dari daftar buku yang sedang dibacanyaadalah novel berjudul The Shadow King karya penulis Ethiopia, Maaza Mengiste. Banyak nilai moral yang bisa didapat dari novel itu. Salah satunya, bahwa kepemimpinan bukan tentang kekuasaan melainkan perjuangan.
“Keren banget, terutama karena tokohnya perempuan dan ditulis oleh perempuan, masih muda, tapi bisa mengangkat latar di tahun 1935,” kata Andrei yang terlahir sebagai cucu pujangga Sanoesi Pane. Sementara Sanoesi Pane merupakan sastrawan puisi, saudara sang kakek, Armijn Pane lebih banyak menulis prosa.
Selain membaca, Andrei aktif menulis dan sedang menunggu proses cetak novel terbarunya Perempuan Tak Mendua. “Saya mendapatkan inspirasi menulis dari mimpi. Para tokoh mendatangi saya dalam mimpi. Dan mereka berkisah apa yang mereka alami. Diri saya adalah medium di dunia nyata. Untuk menuliskan kisah para tokoh yang hidup di dunia tak nyata itu,” tambah Andrei yang juga masih aktif bekerja di bidang ritel marketing.
Andrei juga mulai terjun ke dunia digital sebagai pemimpin redaksi Novelme. Novelme adalah sebuah platform menulis novel secara digital dengan aplikasi yang memudahkan setiap orang untuk turut aktif menulis.
Setiap hari, Andrei selalu mengalokasikan waktu 3-6 jam untuk menulis. “Sejak mendalami dunia novel digital saya jadi terbiasa disiplin. Karena jadwal publishing yang mengharuskan terbit setiap hari. Minimal diterbitkan dua bab atau 3.000 kata sehari,” kata Andrei yang juga berusaha membantu para pengusaha terdampak pandemi dengan membuat strategi marketing lewat tayangan di kanal youtube.