Puisi ”Requiem” karya penyair Joko Pinurbo mengenang Jakob Oetama dengan simbol mesin tik. Simbol itu jadi pengingat generasi penerus akan perjuangan Jakob Oetama mendirikan Kompas.
Oleh
Fransisca Romana Ninik
·2 menit baca
Penyair Joko Pinurbo alias Jokpin menuliskan sebait puisi untuk mengenang wafatnya pendiri Kompas, Jakob Oetama. Puisi berjudul ”Requiem” itu ditulis pada 9 September tengah malam setelah menemukan simbol yang tepat atas sosok Pak Jakob. Puisi yang diunggah di akun Instagram-nya itu lantas beredar di media sosial.
”Yang sulit itu menemukan simbol. Saya membaca kisah awal perjuangan Pak Jakob dan Pak Ojong mendirikan Kompas. Mesin ketik itulah yang jadi simbol perjuangan, sekaligus pengingat bagi generasi penerusnya tentang apa yang diperoleh melalui keringat para pendahulu,” tutur Jokpin, Kamis (10/9/2020).
Simak puisinya berikut ini. ”Mesin ketik tua itu masih berbunyi//tik tak tik tak triiing//di kamar sunyi//di dekat kamar mandi//ketika pemiliknya yang cinta kerja//mati syahdu siang tadi”.
”Di puisi itu, saya berimajinasi, mesin ketik tiba-tiba bunyi lagi ketika pemiliknya meninggal. Bunyi itu seperti ungkapan syukur atas perjuangan di masa lalu yang berbuah dan jadi berkah bagi banyak orang,” ujarnya.
Bukan suatu kebetulan pula bahwa Pak Jakob semasa hidupnya juga menggunakan mesin tik untuk menuliskan karya-karyanya. ”Saya tidak punya hubungan pribadi, tetapi saya membaca Kompas sejak SMA sampai sekarang,” lanjut Jokpin.
Kamar sunyi dibayangkan Jokpin sebagai suasana sunyi ketika orang dikejar tenggat karena perlu ketepatan penyelesaian. Kamar mandi melambangkan penjernihan diri, sebuah spirit yang diyakini Jokpin menjiwai Pak Jakob sehingga punya hati yang jernih di tengah kecamuk zaman.
Cinta kerja, kata Jokpin, karena Pak Jakob bekerja dengan cinta, dengan hati. Mati syahdu, mati dengan rasa syukur, bukan sesuatu yang menyedihkan.