Abdul Halim Iskandar, Peduli dengan Perempuan Kepala Keluarga
Sebagai menteri, dia pun meminta pemerintah desa melibatkan perempuan kepala keluarga dalam kegiatan pemberdayaan yang menggunakan dana desa.
Oleh
Sonya Hellen Sinombor
·2 menit baca
Berbicara soal perempuan kepala keluarga bukanlah hal yang baru bagi Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Menteri Desa PDTT) Abdul Halim Iskandar (58). Sebab, ibu dari menteri yang akrab disapa Gus Halim juga bagian dari perempuan kepala keluarga.
”Ayah saya sudah meninggal sejak tahun 1991,” ungkapnya, pekan lalu.
Sebagai menteri, dia pun meminta pemerintah desa melibatkan perempuan kepala keluarga dalam kegiatan pemberdayaan yang menggunakan dana desa. Halim juga meminta agar dipastikan perempuan kepala keluarga masuk dalam pendataan penerima bantuan langsung tunai (BLT) dana desa pada masa pendemi Covid-19 ini.
Alhasil, Kementerian Desa PDTT pun menemukan ada 2.426.707 kepala keluarga perempuan (31 persen) penerima BLT dana desa. Dan, dari jumlah itu, ditemukan 69 persen perempuan kepala kelurga selama ini belum terdaftar sebagai penerima program bantuan sosial.
Menteri Desa PDTT meminta pemerintah desa melibatkan perempuan kepala keluarga dalam kegiatan pemberdayaan yang menggunakan dana desa dan agar dipastikan perempuan kepala keluarga masuk dalam pendataan penerima BLT dana desa pada masa pendemi Covid-19 ini.
Sebagai Menteri Desa PDTT, hal itu membuat Halim justru semakin bersemangat untuk berbuat lebih banyak untuk desa. Baginya, desa adalah garda terdepan pembangunan. ”Suasana desa memberikan situasi tersendiri bagi saya. Makanya, saya senang bisa kerja di kementerian ini meskipun masalahnya kompleks karena yang diurus ada 74.953 desa dengan berbagai latar budaya,” ujar Halim yang diangkat menjadi menteri saat menjabat Ketua DPRD Jawa Timur.
Pertengahan Juli 2020, saat ada seorang perempuan pendamping desa di Jambi dirampas sepeda motornya oleh begal, Halim pun langsung menelepon yang bersangkutan. ”Kita ini padha manungsa, padha susahnya, berempati dengan nasib yang lainnya,” katanya. (SON)