Achmad Yurianto, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, biasa merespons berbagai bencana di daerah, tetapi baru terkait Covid-19 dirinya juga harus mengumumkan di depan publik setiap hari.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·2 menit baca
Achmad Yurianto (58), Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, yang semakin dikenal sejak menjadi juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, mengatakan, sebenarnya dirinya sudah sekitar lima tahun ini biasa menangani krisis.
Yuri mengatakan, dirinya di Kementerian Kesehatan biasa merespons berbagai bencana di daerah, tetapi baru terkait Covid-19 dirinya juga harus mengumumkan di depan publik setiap hari.
”Saya sudah hampir lima tahun di pusat krisis. Jadi tidak asing dengan situasi krisis. Biasanya menganalisis sendiri, tapi untuk Covid-19 harus diumumkan. Ada waktu 15 menit saya tampil di televisi. Yang 10 menit pertama untuk mengedukasi berbasis data, yang 5 menit terakhir menyampaikan data terbaru,” ujar Yuri, yang hadir di webinar No Sleep For Weekend bertajuk ”Living The World Anew”, Sabtu (25/7/2020).
Informasi data terbaru penderita Covid-19 dan jumlah penderita meninggal membuat Yuri seakan-akan dijuluki pembawa berita kematian. ”Kalau diikuti penuh 15 menit, sebenarnya saya lebih banyak mengedukasi dari data yang saya kaji dan analisis. Saya sudah coba strategi lompat, edukasi lalu diselingi data, tapi tetap saja yang ramai diberitakan perkembangan angkanya,” ujar Yuri seraya tertawa.
Yuri mengatakan, situasi tidak pasti akibat pandemi Covid-19 ini seharusnya mendorong masyarakat menjadi semakin sadar bahwa sehat dan tetap sehat itu nyaman. Sehat itu kewajiban, sakit itu adalah pilihan.
”Kalau kita enggak sehat, kita tidak bisa menjalankan kewajiban berkarya dan bekerja. Kalau dulu saya keras bilangnya sakit itu pelanggaran karena tidak bisa melaksanakan kewajiban. Tapi, sekarang saya haluskan sakit itu pilihan,” ujar Yuri.
Menurut Yuri, pembatasan mobilitas masyarakat untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19. Dia mengimbau masyarakat harus aktif untuk tidak menulari dan ketularan dengan mengikuti protokol kesehatan.
”Tapi, masyarakat persepsinya enggak gitu. Masih banyak yang terpaksa memakai masker karena takut didenda, bukan karena takut tertular dan menulari. Jadi kita tidak boleh menyerah mengedukasi masyarakat,” kata Yuri. (ELN)