Rere Reza memaparkan keunikan musik Tanah Air lewat temu wicara. Drumer GrassRock, Blackout, dan The Bangor itu juga berencana menggelar konser penghormatan untuk Gombloh. Lagu-lagu musisi itu dinilai tetap kontekstual.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·1 menit baca
Rere Reza menjadi pembicara dengan tema ”Our Culture Is Our Treasure”. Drumer GrassRock, Blackout, dan The Bangor tersebut mengajak masyarakat lebih mencintai musik Indonesia. Temu wicara itu berlangsung secara daring, pekan lalu, di Jakarta.
”Musik Nusantara harus dilestarikan. Irama, struktur, dan notasi dari Sabang sampai Merauke, itu cirinya unik,” kata Rere di Jakarta. Jika hendak memperkenalkan keunggulan-keunggulan Indonesia, musik bisa menjadi bahasa yang universal.
Pembahasan tersebut dipandu Ketua Asosiasi Komunitas Musisi Indie Kreatif (Askomik) Gatut Suryo dan dimeriahkan penyanyi Kartika Himawan. Semula, Askomik menjalin kontrak pergelaran rutin dengan Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (Pandi).
Setelah beberapa bulan, pertunjukan itu terhenti karena pandemi. Konten perbincangan dan musik lantas diadakan secara daring. ”Saya masih bermusik. Agustus nanti, saya mau bikin tribute (penghormatan) untuk Gombloh bersama sejumlah musisi,” kata Rere.
Konser di Jakarta yang bisa disaksikan lewat internet itu akan dihadiri sedikit undangan saja dengan pemberlakuan protokol kesehatan. ”Persiapan sudah sekitar 50 persen. Undangan, pengisi acara, dan persetujuan sedang diurus,” ucapnya.
Karya-karya Gombloh dinilai tetap kontekstual dengan situasi saat ini. Banyak lagu penyanyi itu yang bertema kebangsaan sehingga bisa merekatkan hubungan khalayak. ”Jarang ada musisi seperti itu. Masa pandemi ini juga sesuai dengan beberapa lagu Gombloh,” katanya.