Menjadi Gubernur Sulawesi Selatan tak berarti waktu Nurdin Abdullah habis untuk pekerjaan. Di sela-sela kesibukannya, Nurdin selalu menyempatkan diri memberi makan puluhan ikan peliharaannya.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·2 menit baca
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah
Menjadi Gubernur Sulawesi Selatan tak berarti semua waktu Nurdin Abdullah (55) habis untuk pekerjaan. Di sela-sela kesibukannya, Nurdin selalu menyempatkan diri ”menepi” untuk memberi makan puluhan ikan peliharaannya di rumahnya di Kompleks Perumahan Dosen Universitas Hasanuddin, Tamalanrea, Makassar.
Kebiasaan itu dilakukan pula sebelum mencoblos calon presiden dan wakil presiden serta calon anggota legislatif di Tempat Pemungutan Suara 42 Tamalanrea Jaya, Rabu (17/4/2019). Duduk di ambang pintu antara ruang tamu dan kolam, Nurdin mengambil bulir-bulir makanan ikan, kemudian menebarkan di kolam. Puluhan ikan dengan berat sekitar 500 gram langsung menyambar bulir-bulir yang mengapung di permukaan.
”Ada ikan patin yang dipelihara sejak 1998. Selain itu, ada ikan koi, juga bandeng. Berapa jumlahnya, yang jelas sangat banyak,” kata Nurdin.
Kebiasaan itu dilakukan Nurdin dua kali sehari, pagi dan sore. Sesekali ia juga mengambil dedaunan yang jatuh dari pohon di sekitar kolam dengan jaring bergagang.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Setiap pagi dan sore, Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah menyempatkan memberi makan ikan. Kebiasaan itu tidak hanya membantunya melepas penat dan stres, tetapi juga mempelajari filosofi kehidupan.
Memberi makan ikan sembari melihatnya berenang membantu mantan Bupati Bantaeng ini melepas penat dan stres. Di samping itu, ia juga belajar filosofi kehidupan dari perenungannya di tepi kolam.
”Kalau diperhatikan, ikan-ikan ini besar, tetapi tidak serakah. Mereka hanya mengambil satu butir, kemudian masuk lagi ke air supaya ikan-ikan lain juga bisa mengambil. Mereka juga tidak berebut, tidak bertengkar. Saya jadi belajar, dalam kehidupan, kita tidak boleh serakah, harus berbagi,” katanya.
Di Bantaeng, profesor Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin ini juga memiliki kebun yang ditanami buah-buahan, antara lain duku. ”Hasil kebun itu tidak dikomersialkan, tetapi terbuka bagi masyarakat. Semakin banyak berbagi, hati serasa semakin damai,” kata Nurdin.