Nama band rock asal Inggris, The Cure, baru saja dicantumkan sebagai salah satu figur berpengaruh besar dalam jagat musik rock oleh museum The Rock & Roll Hall of Fame.
Penahbisan itu disusul dengan berita baik. Band bercorak gothic/post-punk ini berencana melepas album teranyar, menyusul album 4:13 pada 2008 silam.
”Albumnya amat kelam dan sungguh pekat. Entah apakah kami akan membawakannya di panggung festival tahun ini. Soalnya, durasi lagunya ada yang 10 menit, 12 menit. Kami merekam 19 lagu,” kata Robert Smith, tokoh sentral The Cure, kepada Rolling Stone, seusai upacara penahbisan di Barclays Center, New York, AS, akhir pekan lalu.
Dengan materi sebanyak itu, anggota band mengusulkan membuat album berdurasi tiga cakram (triple album) sekaligus. Robert menolaknya. Ia menyatakan cenderung memilih enam atau delapan lagu saja.
”Kupikir aku akan mengemasnya jadi album satu cakram saja. Itu akan memuaskan penggemar sejati kami, sekaligus juga mungkin menyenangkan lebih banyak orang. Hingga usiaku sekarang, aku masih suram,” kata Robert yang akan berumur 60 tahun pada 21 April nanti.
Benar, Robert masih berambut awut-awutan. Celak hitam senantiasa melingkari matanya. Raut wajahnya selalu terlihat pucat dengan bibir tersapu rona merah. Gaya dandan serta corak musiknya itu terjaga sejak muncul dengan ”Boys Don’t Cry” pada album perdana Three Imaginary Boys tahun 1979 dulu.
Lantas kapan album barunya dilepas? ”Rekamannya akan dituntaskan sebelum musim panas. Lalu dipikirkan jadwal rilisnya. Entahlah. Oktober mungkin? (Bertepatan dengan) Halloween!” ujarnya. (ROLLINGSTONE.COM)