Anggia Kharisma Bahagia Keluarga Cemara Raih Penghargaan Piala Maya
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·2 menit baca
Rasa bahagia dan syukur memenuhi hati produser Anggia Kharisma. Film Keluarga Cemara yang tayang di awal tahun hingga saat ini bukan hanya ditonton sekitar 1,2 juta penonton, tapi juga menyabet enam penghargaan Piala Maya.
“Terima kasih kepada Tuhan yang Maha Esa. Terima kasih kepada keluarga yang berharga dan semua pihak yang mendukung proses kolaboratif ini” kata Anggia menyambutkesuksesan Keluarga Cemara di ajang Piala Maya yang diumumkan di Jakarta, Sabtu (19/1/2019).
Film Keluarga Cemara yang diproduseri Anggia bersama produer Gina S Noer ini menang untuk kategori Film bioskop terpilih; penyutradaraan terpilih (Yandy Laurens); aktris remaja terpilih (Zara JKT 48); dan skenario adaptasi terpilih (Gina S. Noer dan Yandy Laurens). Selain itu, lagu utama terpilih “Harta Berharga” yang dinyanyikan Bunga Citra Lestari, ciptaan Arswendo Atmowiloto dan Harry Tjahjono dengan aransemen oleh Ifa Fachir dan tata musik terpilih oleh Ifa Fachir.
Film Keluarga Cemara diadaptasi dari serial televisi populer dengan judul sama. "Buat saya pribadi, film ini sangat personal. Awalnya kami ciptakan untuk anak kami, tapi akhirnya film ini bisa digodok menjadi film Keluarga Cemara. Dan ini adalah perjalanan panjang mengusung kekuatan untuk bisa memiliki dan dimiliki," kata Anggia yang juga pernah memproduseri film Filosofi Kopi (2015)
Kesuksesan Keluarga Cemara di ajang Piala Maya dan tangga box office film Indonesiaini dinai menandakan kepercayaan penonton film Indonesia pada sebuah kisah yang mewakili nilai-nilai keluarga Indonesia, yakni ketahanan dalam krisis, juga inspirasi untuk mentransformasikan kekuatan untuk terus bersama sebagai inti dari keluarga. Tahun 2019 dibuka dengan sebuah film keluarga yang kuat dalam cerita dan perlu ditonton oleh keluarga Indonesia.
Keluarga Cemara karya Arswendo Atmowiloto ini menjadi serial televisi legendaris pada pertengahan tahun 1990an. Kesederhanaan Keluarga Cemara di layar kaca mengingatkan penonton Indonesia pada masa itu bahwa harta yang paling berharga adalah keluarga.