Happy Salma Memanggungkan Kisah Sastrawan

KOMPAS/IDA SETYORINI

Happy Salma

Aktris Happy Salma bersama Titimangsa Foundation yang dibangunnya secara konsisten memanggungkan kisah-kisah para sastrawan kenamaan Indonesia. Happy menggandeng sutradara Iswadi Pratama untuk mementaskan “Nyanyi Sunyi Revolusi”, pada 2 dan 3 Februari 2019 di Gedung Kesenian Jakarta. Para pentas itu, ia juga menyertakan beberapa aktor dan aktris kenamaan seperti Lukman Sardi dan Prisia Nasution.

Mengapa mengangkat kisah hidup penyair Amir Hamzah, kata Happy, ia penasaran dengan revolusi yang melanda Sumatera pada tahun 1940-an. “Kisah Amir Hamzah sendiri berakhir tragis. Ia nasionalis sekaligus pangeran, yang dianggap feodal,” kata Happy.

Sebelum pentas ini, Titimangsa juga mengangkat kisah hidup penyair kenamaan Indonesia Chairil Anwar, dan novelis besar Indonesia Pramoedya Ananta Toer. Buat Happy, sastra itu intisari dari kehidupan. Oleh sebab itulah di negara maju sastrawan selalu mendapat apresiasi yang layak.

“Jadi sesungguhnya dengan pemanggungan ini aku ingin supaya kita memberi peghormatan yang layak kepada para sastrawan dan karyanya,” kata aktris yang bermukim di Bali itu.

Ia bahkan berharap, pementasan kisah hidup para sastrawan bisa menjadi katalisator luluhnya radikalisme di Tanah Air. “Para pemikir pendahulu kita betapa selalu hidup damai dengan pikiran-pikiran yang bernas dan cerdas,” katanya. Lalu mengapa sekarang tiba-tiba terjadi puritanisme, yang bukan tidak mungkin menjebak bangsa ini dalam perpecahan?