Pendongeng Agus Nur Amal (44) yang memiliki nama panggung PM Toh sangat menghargai keliaran berpikir. Menurut dia, berpikir liar mampu membuka peluang lahirnya gagasan baru untuk menyelesaikan masalah.
Ia meyakini, salah satu cara untuk dapat berpikir liar adalah dengan menghidupkan daya imajinasi. Oleh sebab itu, ia memilih untuk memainkan teater dengan peralatan sederhana sebagai simbol-simbol banyak hal dalam cerita yang ia pentaskan.
”Saya mencoba membuka katup-katup imajinasi itu melalui cerita yang tidak terlalu disiplin dengan teori. Saya percaya, imajinasi membuka ilmu pengetahuan,” ujar PM Toh ketika ditemui seusai mementaskan dongeng bertajuk ”Jiwa Laut” di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Jakarta, Minggu (16/12/2018).
PM Toh menilai, dunia anak-anak adalah dunia penuh imajinasi. Hal itu yang membuatnya tertarik untuk mengikuti dan mendalami pola pikir anak-anak dalam setiap pementasan dongeng.
Saat mementaskan ”Jiwa Laut”, ia menggunakan ujung sapu ijuk sebagai elang. Di lain waktu, ia menggunakan sapu yang sama sebagai dayung.
Cara sederhana itu ia gunakan untuk merangsang daya imajinasi penonton, termasuk anak-anak. Bahkan, ia kerap menyampaikan cerita dengan mengandalkan spontanitas khas anak-anak. Misalnya, ia belum selesai mengerjakan sesuatu di atas panggung, kemudian beralih mengerjakan sesuatu yang lain.
Di balik cara sederhana itu, PM Toh mencoba mengkritik pola berpikir kebanyakan masyarakat yang positifistik, yang lupa untuk mencari alternatif berpikir lain. Menurut dia, nilai-nilai adat lokal memiliki banyak keliaran imajinasi sehingga menciptakan pengetahuan yang bermanfaat.
”Contoh, bencana gempa melanda Nusantara berkali-kali, tetapi cara berpikir positivisme tidak mampu mengingatkan kejadian akan gempa sehingga masih jatuh banyak korban,” ujar PM Toh.
”Kalau kembali melihat sistem adat lokal di Palu, misalnya, sudah ada pengetahuan tentang gempa, likuefaksi, dan tsunami sehingga penduduk lokal yang memegang teguh adat tidak tinggal di daerah rawan bencana. Pendatang dan pengembang tidak punya pengetahuan itu, maka mereka menempati lahan rawan itu,” lanjut PM Toh. (SUCIPTO)