Susahnya Menggarap Musik ”Genta Sriwijaya” buat Tohpati
Oleh
Soelastri Soekirno
·1 menit baca
Tiadanya peninggalan yang menceriterakan jenis musik di zaman dinasti Syailendra pada Kerajaan Sriwijaya membuat Tohpati kesulitan menentukan musik untuk sendratari Genta Sriwijaya yang ia garap.
Kondisi itu akhirnya memunculkan kesepakatan soal iringan musik untuk pertunjukan tersebut. Tohpati akan memunculkan musik bernuansa kontemporer karena pada zaman itu musiknya bukan rebana, bukan pula musik Melayu.
”Kami enggak tahu waktu itu musiknya kayak apa sebab tidak ada peninggalan yang menunjukkannya. Mengherankan sebab kerajaan yang begitu besar, tetapi peninggalannya hanya sedikit atau sudah hilang,” kata Tohpati, pekan lalu, di Jakarta.
Aransemen musik yang ia buat tidak sangat tradisional mengingat hal itu akan memberikan kesan berat, padahal yang datang masyarakat awam. ”Musiknya lebih ngepop,” ujar Tohpati.
Bagaimanapun, bagi gitaris dan penulis lagu kawakan ini, menangani musik untuk sendratari tradisional merupakan pengalaman baru. Biasanya orkestra yang ia pimpin mengiringi konser musik modern.
Kesediaannya menangani pertunjukan tersebut tak lepas dari kecintaannya kepada seni tradisi. ”Aku terlibat di pergelaran ini selain sebagian pendapatan untuk amal, juga karena ada unsur mencintai budaya Indonesia,” lanjutnya.
Tohpati menyebutkan, anak-anak sekarang lebih sering melihat budaya luar. Kalau mereka melihat budaya sendiri, ada kesan cemen dan membosankan. ”Maka itu, segala bentuk pertunjukan budaya tradisi aku dukung,” ucapnya lagi.