Komariah Kosasih, Penerjemah untuk Obama dan Trump
Enam belas tahun sudah Komariah Kosasih (43) meniti karier sebagai penerjemah hingga mencapai level yang paling tinggi. Ia menerjemahkan Bahasa Indonesia untuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pendahulunya Barack Obama. Pengalaman itu amat berkesan dalam hidupnya.
Sejak akhir Agustus hingga pertengahan September 2018 lalu, Kae sapaan akrab Komariah bersama rekannya Sih Pramukti menjadi penerjemah bagi peserta International Visitor Leadership Program. Program yang diselenggarakan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dengan mengambil tema Kejahatan Maritim itu berlangsung di beberapa kota di AS, antara lain Wahington DC, Boston, Detroit, dan Honolulu.
Kae menjembatani komunikasi di antara peserta. Sambil mendengar peserta berbicara, Kae mencatat poin utama dalam aplikasi note yang ada di telepon pintar miliknya. Belum sampai dua detik peserta selesai berbicara, Kae langsung menyambar. Ia menejermahkannya untuk lawan bicara baik dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris maupun sebaliknya.
Diksi terjemahan yang disampaikan Kae tepat sesuai dengan konteks tema yang dibicarakan mulai dari penangkapan ikan ilegal, perbudakan nelayan, konservasi, hingga jenis-jenis ikan dan alat tangkap. Ia tampak menguasai sejumlah isu perikanan baik di Indonesia maupun di AS.
“Saat mendapatkan tugas ini, saya mencari referensi tentang tema dan juga mengenali latar belakang perserta,” katanya.
Peserta dari Indonesia diundang oleh Departemen Luar Negeri AS untuk berbagi tentang isu kejahatan maritim. Ini lantaran AS melihat Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia. Indonesia memiliki sekitar 17.000 pulau dengan potensi ikan lebih dari 10 juta ton per tahun. Indonesia menjadi eksportir makanan laut terutama tuna bagi AS.
Saat mendapatkan tugas ini, saya mencari referensi tentang tema dan juga mengenali latar belakang perserta.
Namun, Indonesia juga pernah menjadi surga bagi pelaku pencurian ikan dan praktik perbudakan nelayan. Rekam jejak kemaritiman di Indonesia itu memang diketahui dan disampaikan secara terbuka oleh sejumlah pemangku kepentingan di AS. Terlepas itu juga ada pujian dari orang AS bahwa Indonesia kini bangkit dan menunjukkan komitmen dalam memberantaskan kejahatan maritim.
Pihak AS menggali informasi dari lima peserta asal Indonesia yang ikut dalam program itu. Peserta dimaksud dengan latar belakang investigator perikanan, polisi hutan untuk konservasi perairan, analisis pelanggaran hukum perikanan, dan jurnalis. Kae dan Sri dapat menjembatani komunikasi itu dengan baik.
“Terjemahannya sangat bagus sesuai dengan konteks temanya. Saya pribadi merasa puas,” kata Akhmadon, investigator perikanan yang kini menjabat Kepala Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Tarakan, Kalimatan Utara.
Dibayar cokelat
Kae tertarik belajar Bahasa Inggris sejak duduk di bangku kelas 3 SD di Bogor. Saat itu ia ditegur ayahnya lantaran keliru menyampaikan sesuatu kepada seorang turis asing yang melintas di kampung mereka. “Dari situ saya mulai tertarik belajar bahasa asing karena takut salah bicara dengan orang asing,” katanya.
Keinginan untuk belajar samakin tinggi saat SD kelas 6. Lewat tayangan televisi, ia melihat Presiden Soeharto saat itu bisa berkomunikasi dengan tamu dari negara manapun. Di antara Soeharto dan tamu negara itu, ada seseorang lagi yang diketahui sebagai penerjemah. Dari situ ia bercita-cita ingin menjadi penerjemah.
Demi mengasah kemampuannya, saat SMA ia mengikuti kursus Bahasa Inggris. Ia masih ingat pertama kali membantu menerjemahkan tugas seorang mahasiswa. Kala itu, dia dibayar dengan satu lempeng cokelat. Selama SMA, ia sudah bekerja sebagai penerjemah naskah termasuk bahan ajar gurunya.
Setelah lulus SMA tahun 1993, ia sempat mencoba masuk Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri, namun gagal. Berbekal ijazah SMA, ia melamar menjadi tenaga administrasi di salah satu perusahaan swasta. Dengan modal Bahasa Inggris ia berhasil menyingkirkan semua pelamar lain termasuk mereka yang lulusan perguruan tinggi.
Perkenalannya dengan seorang pria berkewarganegaraan AS yang kemudian menjadi suaminya, membawa Kae ke jalur mimpinya menjadi penerjemah. Tahun 1997, ia migrasi ke AS. Tak lama kemudian ia sudah bergabung dengan dengan The American Translators Association dan Carolina Association of Translators and Interpreters. Di situ ia bekerja menerjemahkan dokumen perusahaan swasta.
Setelah dinaturalisasi menjadi warga negara AS pada 2001, langkah Kae semakin dekat sebagai penerjemah lisan atau interpreter. Ia pun dihubungi Departemen Luar Negeri AS untuk mengajukan lamaran sebagai penerjemah lisan. Masih dengan modal ijazah SMA, Kae dinyatakan lolos. Kae kemudian melanjutkan studi di American Military University.
Pengalaman pertamanya adalah menjadi penerjemah lisan bagi anggota DPR RI yang menghadiri undangan pemerintah AS pada Oktober 2001. Hingga kini, tidak terhitung berapa banyak Kae menjadi penerjemah lisan untuk pejabat dari Indonesia. Di samping itu ia juga menjadi penerjemah untuk program pertukaran. Khusus program pertukaran paling bergengsi, yakni International Visitor Leadership Program, itu mulai ditangani Kae sejak tahun 2002.
Menjaga kerahasiaan
Kemampuan sebagai penerjemah lisan yang dinilai telah berada pada level paling tinggi menghantar Kae menjadi penerjemah dalam pertemuan antara presiden. Terakhir pada Konferensi Tingkat Tinggi G-20 di Hamburg, Jerman, tahun 2017 lalu. Di sela-sela KTT itu, Presiden Joko Widodo bertemu dengan Presiden AS Donald Trump. Kae menjadi penerjemah bagi Trump.
Sebelumnnya, ia juga menjadi penerjemah lisan bagi Presiden AS Barack Obama yang dalam sejumlah kesempatan bertemu dengan Presiden Indonesia keenam Susilo Bambang Yudhoyono.
Tak hanya pada level pejabat negara, Kae juga sering membantu masyarakat sipil seperti seorang pengungsi dari Rohingya. Pengungsi yang beristrikan orang Indonesia itu sakit. Kae mempertemukan mereka dengan dokter di Atlanta, AS. Kae juga pernah menjadi penerjemah bagi seorang korban penyelundupan manusia asal Indonesia di Chicago, AS.
Sebagai penerjemah, Kae memegang teguh kerahasiaan tentang apa yang dibicarakan. Bahkan juga tentang siapa-siapa dan tempat digelarnya pertemuan. Dirinya pernah dibujuk oleh jurnalis dari untuk membocorkan isi pembicaraan antara dua orang kepala negara tahun lalu. Ia dengan tegas menolaknya.
Komariah Kosasih
Panggilan: KK atau Kae (dibaca: Kei)
Lahir: Mei 1975
Pendidikan:
- SDN Puspanegara II Bogor
- SMPN 1 Cibinong Bogor
- SMAN 1 Cibinong Bogor
- Yayasan Lembaga Indonesia Amerika di Tebet English Course
- American Military University Bachelor of Arts in Intelligence Studies