Olga Lydia Belajar soal Likuefaksi

KOMPAS/SOELASTRI SOEKIRNO

Olga Lydia

Gempa bumi di Sulawesi Tengah yang memunculkan likuefaksi (tanah mencair) membuat model Olga Lydia terheran-heran. “Sebagai orang yang pernah belajar struktur tanah, aku di kelas belum pernah mempelajari likuefaksi dahysat seperti di Palu itu,” tutur Olga yang sarjana teknik sipil dari Universitas Katolik Parahyangan Bandung pada Rabu (10/10/2018).

Kejadian itu membuat Olga yang juga pemain film, belajar lagi tentang likuefaksi. Selain membuka buku, nonton berulang-ulang video kejadian, ia juga bertanya kepada mantan dosennya. “Karena mesti mencermati kejadian, ya musti lihat videonya. Tapi aku enggak tega lihat rekaman yang dari dekat. Mengerikan. Hanya berani lihat video dari atas saja,” lanjut Olga yang kemarin berada di Bali.

Rasa ngeri dan heran menyelimutinya ketika menyaksikan peristiwa yang membuat rumah, pohon dan tiang besi bergeser hingga tiga kilometer. “Likuefaksi amat dahsyat itu membuat penasaran apa penyebabnya,” ujarnya. Setelah memahami penyebabnya ia mengimbau pemerintah memeriksa dengan seksama kawasan rawan gempa dan tsunami agar tak lagi membawa banyak korban seperti di Palu.

Olga bersimpati pada para korban bencana. Sebagai bentuk simpatinya, ia bersedia melibatkan diri sebagai relawan agar bisa  membantu para korban. “Tapi aku sadar, relawan itu bukan sembarang orang. Ia harus punya keahlian tertentu supaya keberadaannya membawa manfaat di daerah bencana. Aku harus siap lahir batin dulu,” jelasnya.

Sesuai kemampuannya, ia dan Steny Agustaf lalu memilih memandu konser Gitaris Indonesia Peduli Negeri: Musik dan Syair Solidaritas bagi korban gempa di Sulteng dan Lombok, Nusa Tenggara Barat.