Akhir bulan lalu, penyanyi campur sari Didi Kempot (51) benar-benar mengobati kerinduan warga Suriname. Setelah terakhir tampil delapan tahun lalu, Sabtu (29/9/2018) malam Didi kembali manggung di Stadion Anthony Nesty yang sudah sembilan kali menjadi tempat pentasnya di Suriname.
Didi disambut dengan antusias oleh para penggemarnya, baik orang tua maupun muda, dari bermacam-macam etnis, mulai dari Jawa keturunan Indonesia, Hindustani keturunan India, Maroon, hingga Kreol. Bahkan, pada pentas malam itu, Presiden Suriname Bouterse dan Ibu Negara Ingrid Waldring Bouterse menyempatkan diri menonton penampilan Didi Kempot.
Konser didahului dengan memanjatkan doa bersama untuk para korban gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala. Doa tersebut sebagai wujud solidaritas dan keprihatinan masyarakat Suriname atas bencana alam di Sulawesi yang membawa korban manusia dan kerusakan yang sangat besar.
Dalam konsernya kali ini, Didi membawakan koleksi-koleksi lamanya, antara lain ”Sir-siran”, ”Trimo Ngalah”, ”Cucak Rowo”, ”Sewu Kuto”, ”Cidro”, dan ”Kalung Emas”. Ia juga menyanyikan beberapa lagu barunya, seperti ”Ngingu Pitik” dan ”Banyu Langit”.
”Karena pentas di Suriname, maka Didi membawakan lagu-lagunya yang bernuansa Suriname, seperti ’Kenyo Suriname’ dan ’Layang Kangen’,” ucap Duta Besar RI untuk Suriname D Supratikto.
Di sela pentas, Presiden Suriname Bouterse menyerahkan plakat Stichting JAMU (Jawa Musik) kepada Didi. Stichting JAMU adalah sebuah yayasan yang didirikan Menteri Dalam Negeri Suriname Soewarto Moestadja untuk melestarikan kebudayaan Jawa di Suriname, khususnya lagu-lagu Jawa.
”Mereka hafal dan ikut melantunkan lagu-lagu saya, apalagi ’Kenyo Suriname’ maupun lagu penutup ’Layang Kangen’,” ucap Didi.
Penampilan Didi selama lebih dari dua jam benar-benar memuaskan warga Suriname. Mereka berharap, penyanyi kelahiran Surakarta, 31 Desember 1966, itu bisa manggung lagi di Suriname.