Band rock Zat Kimia merasa bermusik di daerah asal sendiri, Denpasar, Bali, sangat menyenangkan. Sarana produksi dan kreasi musiknya terbilang lengkap. Terlebih lagi ada banyak panggung yang bisa dijajal. Sesekali manggung ke ibukota tak mengapa, selama tidak menetap.
“Kalau ada manggung di Jakarta, sekalian (promo) mengunjungi media selama dua minggu gitu, nggak apa. Tapi kalau untuk tinggal di sana, enggaklah,” ucap pemain drum Zat Kimia, Norbertus Rizki, Kamis (6/9/2018) di Bali.
Iklim bermusik di Bali saat ini, kata dia, sangat menyenangkan. Studio rekaman, teknisi suara, dan perupa untuk mendisain sampul album makin banyak. Sesama pemusik acap bertemu untuk memberi masukan atas proses kreatif masing-masing.
Dengan kondisi sedemikian, empat personil Zat Kimia, yaitu Rizki, Ian J Stephenson (vokal/gitar), Bramestyo Haryputra (gitar/synthesizer), dan Edi Pande Kurniawan (bas) sehari-harinya hidup dari musik. Meski jadwal pentas Zat Kimia tak terlalu padat, setiap anggota sering diajak musisi lain berpentas.
“Kadang-kadang, kami (Zat Kimia) ambil juga tawaran manggung di hotel atau kafe. Anggap saja itu sebagai latihan atau uji coba materi baru. Lumayan juga uangnya bisa buat jajan,” lanjut Kiki.
Zat Kimia terbentuk di 2010, dan bergerak makin serius sejak 2014. Mereka mengeluarkan debut album Candu Baru pada September 2017. Mereka telah tampil sebanyak tiga kali di festival Soundrenaline di Garuda Wisnu Kencana Cultural Park di Bali. Awal Oktober nanti, mereka akan main lagi di festival besar lainnya, Synchronize di Jakarta.(HEI)